Friday, November 23, 2007

Seputar Saraswati

Pro Kontra Saraswati

Diakui atau tidak dirasakan atau kurang dihiraukan ternyata banyak persoalan pelaksanaan Upacara keagamaan, khususnya Hindu Nusantara yang terkesan masih menyisakan pemikiran Pro dan Kontra .Setidaknya demikian pengakuan para Generasi Hindu Muda selepas mengikuti persembahyangan Hari Raya Saraswati beberapa waktu lalu yang beberapa diantaranya juga menyempatkan diri mendengar beberapa Dharma Wecana yang disampaikan sejumlah Tokoh dibeberapa Pura yang ada di Bali.

Nah kondisi ini membuat Forum HiYoGa sempat berdebat panjang sampai-sampai Kami telat menulis Blog padahal disela-sela perayaan itu banyak catatan yang sedianya dikemukakan .Tapi atas desakan beberapa anggota Forum ,HiYoGa sepakat mencari tahu(Walau tentunya tak lebih dari seujung kuku) .Lalu apa kegelisahan dari sosok-sosok belia yang bisa saja dibilang sok ingin tahu itu …??

Bermula, semua dari mereka larut dalam aktifitas perayaan yang dipercaya sebagai Hari turunnya Ilmu pengetahuan (!0/10/2007),maklum banyak dari mereka yang masih berstatus siswa ataupun mahasiswa jadi semangat itu masing mengapi-api.banyak bahkan dari teman-teman mereka sepakat menyebut hari itu sebagai Odalan sekolah/Kampus,atau lembaga-lembaga pendidikan yang tentunya dikelola oleh Semeton Hindu.

Marak seumringah,harum semerbak dari aroma Dupa,kumkuman Tirta dan kembang mewarnai seluruh sekolah dari Kota hingga pedesaan di Bali,Bahkan di NTB(Khususnya Mataram)-Hasil laporan rekan kami(HiYoGa) disana, Umat Hindu(Khususnya remaja pelajar/mahasiswa) Setempat melanjutkan Bhakti mereka ke Pura-pura besar yang bertebaran khususnya di Lombok Barat,hingga dini hari untuk menyambung perayaan Banyu Pinaruh keesokan harinya.

Hal ini tentu menggembirakan ,dalam satu petikan seorang tokoh menyebut itu bagian dari meningkatnya kesadaran Umat, Secara pribadi Kami setuju itu..Tapi jangan heran diForum HiYoGa ,pandangan demikian masih menyisakan Tanda Tanya besar..Dan inilah awal perdebatan itu yang coba kami angkat dengan harapan mendapatkan sedikit gambaran terutama dari rekan-rekan sedharma yang bisa memahami cara tangkap praktis dari kalangan-kalangan Generasi Hindu yang pada Abad ini bergerak Dinamis,Gaul dan lekat dengan perubahan(Reformis) serta dihadapkan pada Budaya Global ,kemajuan teknologi dan Informasi.

Dengan berbagai upaya dalam rembug itu kami mencoba mengkerucutkan persoalan(Berdasarkan analisa Lapangan Remaja Hindu Bali/Lombok) tentunya kami tidak harus menggiring mereka terlalu serius alias memaksa pemikiran mereka pada penggalian-penggalian yang mendalam dalam memaknai semua itu ,alasannya jelas karena bukan kesimpulan nantinya kita bawa pulang selepas dialog melainkan suatu percik pemikiran menelusuri lewat alam bawah sadar(Barangkali) sehingga rangkaian-rangkaian pelaksanaan Upacara itu juga bersinergi dengan harum sumringahnya bathin dan kegembiraan Nurani sebagaimana balutan luar yang napak dari wajah-wajah Jegeg Bagus para Generasi Hindu dikala menyongsong Hari Saraswati. Lalu,apa yang membuat mereka bertanya ??

Ada beberapa hal yang mengganjal dibenak mereka, sebenarnya sih bisa dibilang sederhana tapi namanya juga pertanyaan dan keluh kesah jadi harapan mereka bisa mendapat gambaran untuk mereka ketok tularkan kepada rekan-rekan lainnya jikalau kebetulan mereka ada yang menanyakan prihal itu dan tentunya lebih bermanfaat juga kiranya jika mereka telah paham, jadi merayakan Hari Raya itu tidak lagi sebatas tampilan kulit walau hanya selintas, minimal itulah yang bisa dilakukan

Pertama Kenapa perayaan Saraswati khususnya di Bali lebih didominasi oleh para pelajar/mahasiswa ? atau hanya sebatas kelompok kebaktian dan konon juga bagi para balian, apa Saraswati bukan merupakan perayaan umum seperti Galungan,Nyepi atau perayaan-perayaan besar lainnya.?

Pertanyaannya terkesan sederhana bahkan mungkin basi tapi saat ditanyakan itu kepada kebanyakan Generasi (Bukan kepada siswa yang hendak ujian agama Hindu karena mereka akan mempersiapkan sebelumnya) Mereka gagu dan terakhir bisa ditebak jawabannya Nak Mulo Keto “ lebih tragis lagi “Cang sing maan ngerunguang “ setidaknya itulah hasil penelusuran teman-teman di Forum HiYoGa .Wayan salah seorang dari mereka nyeletup.Andaikan tidak ada sekolah/kampus atau lembaga-lembaga pendidikan tersebar di Bali bisa-bisa perayaan Saraswati itu sepi ,kami sempat mengintip tetangga yang tidak memiliki anak yang masih sekolah, mereka cuek tidak merayakan saraswati ,ketika ditawari oleh dagang banten saraswati disudut gang depan rumahnya ia menjawab ,saya tidak punya anak yang masih sekolah jadi saya tidak membeli banten saraswati. Beh saya bingung…ternyata bagi mereka perayaan saraswati itu adalah tuntutan bagi anak-anaknya yang masih sekolah.

Berangkat dari kasus demikian kami lantas berpikir untuk bertanya ,karena kami takut kalau ditanya nanti tidak bisa menjelaskan,masih mending kalau yang nanya tetangga atau teman-teman se-umat bisa saja dijawab mulo keto kalau non hindu misalnya lebih parah lagi orang-orang asing,mereka-mereka ini banyak yang penasaran.sebagai daerah tujuan wisata kita sering pengeng menjelaskan hal-hal sepele kepada mereka.

Belum juga mendapat gambaran jawaban yang pas dari pertanyaan pertama itu kami juga dirangsek dengan pertanyaan kedua masih seputar Saraswati..Upacara itu dirayakan berdasarkan sastra agama atau tradisi ? Untuk pertanyaan demikian kami terus terang tidak berani sok pintar,tapi namanya generasi mereka butuh jawaban,penjelasan lebih mengena lagi jika mereka menangkap kesan logis jika tidak jangan paksa mereka untuk menganggukkan kepala itu berlaku hanya didalam kelas karena mereka takut dibilang tidak mengerti .

Dan desakan pertanyaan yang paling banyak disampaikan termasuk mulai menjejali email generasihindu@yahoo.com adalah benarkan dihari raya Saraswati kita tidak bisa membaca, kenapa beberapa tokoh agama kerap menyampaikan pandangan terkait hal itu masih beragam ,jika benar atau tidak landasannya apa ? .

Bagaimana caranya menyampaikan pesan perayaan Saraswati yang sesuai dengan dunia generasi kekinian, lalu jika ilmu pengetahuan itu bisa bersumber dari lontar,(Pada masa lalu) kemudian berkembang kedalam buku-buku (Dalam decade ini) bukankah sumber pengetahuan berikutnya bisa juga bertambah yakni lewat internet ? ,terus setelah memberi banten pada lontar,buku kemudian Komputer logiskah ?....Pertanyaan-pertanyaan seabrek itu menjejali isi otak kami ,memang kalau dipikir-pikir lebih enak dijawab mulo keto. Tapi rasanya ada yang kurang ketika kita berkumpul,ngobrol kangin kauh seputar agama dan nyatanya kita tak punya power untuk menjawab pertanyaan yang notabena diajukan oleh siswa yang masih ingusan.

Karena kami memberi jeda,salah seorang yang tampil Punk meski berbusana adat itu langsung berkomentar “ Itu artinya ada Pro Kontra Saraswati “ Lontarnya. Tanpa dikomando spontan saja para rekan-rekan sebayanya yang lain menyetujui .

Barangkali mereka cukup sering menonton aksi unjuk rasa di TV jadinya mereka fasih dengan bahasa itu .Ya masih ada Pro- Kontra dalam benak mereka. Jangan lantas disalahkan begitu saja .Yang mereka butuhkan pastinya jawaban.

Dan sampai kami bawa tidur kami masih menyisipkan pesan generasi tadi didalam benak kami. Harapan kami bisa berdiskusi ringan lewat blog dengan rekan-rekan generasi yang kami yakini banyak diantara mereka yang paham(Jangan salah mungkin lebih banyak yang tidak paham lo) sehingga beban kami lebih ringan. Karena terus terang ketika kami giring mereka untuk banyak membaca tulisan-tulisan para pemikir-pemikir Hindu lewat buku-buku yang telah diterbitkannya mereka mengeluh ,katanya malas membaca dan herannya lagi mereka bilang terlalu berat .

Akhirnya repot juga tapi hati kecil kami berkata, perlu ada solusi lain barangkali untuk membuat mereka tergiring dan memahami. Semisal lewat audio visual (Mereka dengar dan tonton)dan itu adalah tantangan jika kita tidak ingin mendengar “loosing Hindu generation” (Generasi Hindu yang Hilang) .

Tantangan adalah tantangan,pancarian dan pemaknaan adalah sesuatu yang akan terus di gali sepanjang masa.dari generasi ke generasi, kami optimis mungkin tidak jauh dari kita banyak yang telah memahami jauh dari apa yang kami tahu.

Tapi sejalan dengan itu Kegelisahan akan tetap ada…So itulah pilihan kami untuk berbagi… Sebelum kami bertambah pusing kami tidak lupa berterimakasih terhadap mereka-mereka yang banyak berpartisifasi menyumbang ide,saran,percik pemikiran hingga kritik dan sarannya baik melalui blog generasihindu ini,email atau cara lain baik secara langsung maupun tidak langsung telah kami terima.


K.Vidnyana

Friday, November 9, 2007

Ajeg Bali Seperti Apa ??

Ajeg Bali Masih relevankah.. ??

Lalu bagaimana dengan ajeg Bali itu? Sangat menarik membaca komentar Kakak Suryana(“Kakak” Sebutan dalam forum untuk saudara yang dianggap lebih tua,lebih mapan dan lebih berpengatahuan) dimana selain beliau mengajak untuk memikirkan konsep ajeg Bali itu tapi juga beliau menyajikan resep ampuh yang apabila diterapkan niscaya tujuan ajeg bali itu akan tercapai (Bisa dibaca pada comment’nya di generasihindu.blogspot.com) Beliau juga ngotot bertanya tentang apa yang diharapkan dari Hindu itu ?? sebagai bukti beliau sangat peduli tentunya

Setelah kami buka lembar-lembar arsip Forum Hiyoga, ternyata wecana Ajeg Bali pernah dibahas sampai-sampai semua anggota nyaris mabuk,apa sebab ? wecana ngelantur tanpa ujung pangkal, peserta saling ngotot sampai mencekik tenggorokan dan kembali seperti biasa tak sepatah kesimpulanpun yang bisa ditarik maklum wadah mereka belum cukup menggigit untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi mereka ,sialnya justru konsep Ajeg Balilah yang dituding tidak jelas. Jadi bingungkan..!! pasti bingung…!

Namun pembicaraan yang lebih menarik muncul setelah pertemuan tidak sengaja dengan beberapa anggota forum HiYoGa di sebuah warung lesehan,opini per opinipun mengalir,intinya Ajeg Bali yang dibedah ringan oleh versi generasi mereka harapkan lebih dipertegas..Apakah konsep Ajeg Bali yang dimaksud adalah upaya mengajegkan Adat dan Budaya Bali atau Ajeg Agama Hindu Bali ??...jika dijawab keduanya tentu dicap serakah apalagi untuk mewujudnyatakan keajegan dari salah satu yang dimaksud(Budaya atau agama) bukanlah pekerjaan mudah dan juga tidak bisa dilakukan secara instant.Selain itu kita juga tidak bisa tutup mata terhadap tuntutan jaman dimana dinamisasi dan pergeseran Budaya akan terus terjadi ..Jadi HiYoGa tidak sepenuhnya mengklaim Nyaplir alias tidak tepat sasaran menyikapi Ajeg Bali, namun justru HiYoGa kepada anggota Forumnya atau mereka yang bersimpati mendorong untuk menanamkan Ajeg Diri Sendiri dimasing-masing Jiwa karena jika hal itu telah diwujudkan apapun kemasan atau istilahnya niscaya akan tercapai juga..

Dari mana memulai ?? Dan Siapa yang punya tanggung jawab..??

Waduh ditanya kayak gitu,kelompok HiYoGa tidak serta merta menjawab tapi rata-rata dari mereka setelah puas mengamati diri sendiri, diajak untuk merenungi atau bernostalgia dalam alam pikiran tentang apa yang terjadi dilingkungan rumahnya,dengan orang-orang sekitarnya, setelah itu diajak menyelusuri lingkungan,melihat semak-semak,menuruni tebing memandangi gunung-gunung atau mengamati kesibukan pinggir jalan raya.melangkahkan kaki dipantai,menyebrangi kali, bercengkrama dengan hewan piaraan atau memanjati pohon-pohon yang tumbuh diserkitar kita. Setelah indahnya petualangan pikiran itu dapat dirasakan.Mereka menarik nafas dan masing-masing ternyata mendapat gambaran(bukan jawaban) . tentang apa yang hendak mereka bahas.”Iya konsep kadang-kadang membingungkan dan cenderung jadi momok. Ibarat menulis meski teori EYD dianggap penting sebagai pengantar penulisan yang baik dan benar akan tetapi tidak menjamin orang bisa menjadi penulis popular semisal sebagai pengarang,jurnalis ataupun sastrawan dengan bekal teori yang dibakukan itu, tak beda jauh dengan Pelukis yang bekangan justru banyak yang keluar dan mendobrak pakem-pakem atau aliran-aliran yang dianggapnya mengikat dalam berekspresi..Nah dari kenyataan demikian tidakkah penting bagi para Teoritis pun juga tokoh budayawan dan spiritual mulai sedikit meleburkan Teorinya untuk dicerna oleh generasi yang bergerak cepat.So What about Ajeg Bali Man..?? Apa hubungannya dengan pembahasan yang memutar tadi dan desakan pertanyaan kapan menuju Ajeg Bali itu nyampe atau jangan-jangan hanya menuju dan menuju terus..

Pemilik warung lesehan yang sejak tadi mengintip dialog kami dari balik gedek tiba-tiba tidak tahan hanya mengguman dan mengut-manggut.Dia datang duduk dan ikut bergabung dalam dialog ringan itu tidak tanggung-tanggung setelah mengucap sapa dan penganjali Ia langsung menyumbang pendapat “Harusnya kita tahu konsep Ajeg Bali itu lahir dari siapa, percik pemikiran itu perlu dihargai namun perkembangan berikutnya apa tidak mungin sarat dipenuhi kepentingan bisnis, politik bahkan ambisi-ambisi kekuasaan atau kekuatan-kekuatan lain bisa saja kan..??.Tapi terlalu curiga apalagi memvonis Negatif juga salah, patut juga diwaspadai jangan-jangan wecana anti konsep Ajeg Bali, digelontorkan oleh kelompok-kelompok yang memiliki rencana membawa Misi tertentu oleh karena Konsep Ajeg Bali yang berpeluang menciptakan militant-militan local dimata mereka dianggap bisa menghalangi bahkan menggagalkan misi jangka panjangnya,.bisa saja kan kenapa tidak wong kepercayaan entah itu agama,adat atau budaya kita ini tidak memiliki intelejen dibidang itu, sementara penyebar-penyebar misi kepercayaan lain bisa menggunakan berbagai cara. Nah yang ingin saya sampaikan jangka berburuk sangka dan jangan juga berlebihan terhadap Ajeg Bali sehingga tidak hanya muncul menjadi pepes kosong. Lakukan seperti apa yang saya lakukan yakni jualan Lesehan dipinggir jalan raya, jika sudah lancar,bisa untuk sekolahkan anak-anak dan membelikannya sarana-sarana yang mendidik “ Ujar bapak itu yang terakhir saya tahu namanya Pak Made,Ia juga ternyata sempat kuliah sisebuah perguruan tinggi Hindu di Bali tapi tidak tamat karena alasan biaya.Ia memilih menikahi tetangganya dan berjualan lesehan sari laut,itupun setelah Ia terinspirasi karena jarang makan waktu masih ngekos dulu, jadinya Ia sering berandai-andai jika saja Ia punya warung makan dan kini terwujud. Katanya itu juga bagian dari doa,Pak Made juga memberi Kita nasehat bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa Pemikiran kadang mengubah keadaan dan bisa mewujudkan kenyataan,jadi kata Dia kurangi berpikir Negatif bila perlu hilangkan sama sekali dari benak kita sehingga percik pemikiran positif itu dengan leluasa bisa kita serap,masuk kealam bawah sadar menggerakkan persendian, membawa kita terobsesi,melangkah pasti dan membawa kita mewujudkan ide dan gagasan yang kita pikirkan terus menerus dan secara serius itu. “Jika diibaratkan Komputer, jangan biarkan Virus masuk dan menggerogoti program apalagi sampai merambah kesystem parah tohh,sering-seringlah discan bila perlu jangan sungkan-sungkan untuk mendelete hal-hal yang tidak berguna sehingga kapasitas memory menjadi lebih lapang” Urainya berkelakar

Wah diam-diam pak Made mateng juga…Lalu bagaimana kelanjutan Ajeg Bali.sebaiknya kita bahas dilain kesempatan lagi, dan untuk itu turunlah sambil cari tahu apakah itu dikonsepnya seperti jalan, dibuat semacam Gapura atau benteng ataukah hanya ada dialam angan..Tapi apapun itu saya sepakat dengan Pak Made(Lagi-lagi saya lupa nanya nama lengkapnya) jangan dulu memvonis ini itu, tidak juga harus curiga berlebihan apalagi sinis. Diera dinamisasi culture ini, sesungguhnya semua hal mencari bentuk, Hindu sendiri dalam sejarah perkembangannya semua dilandasi atas dinamisasi dan kondisi itu pula yang membuat orang masih meyakininya. Tinggal giliran kita yang merasa sebagai generasi Hindu..memasuki era millennium ini banyak yang telah kita kenal dan tahu salah satunya pasar bebas ,global warning dan era komunikasi ,teknologi dan Transportasi (HP.Internet,pesawat,dll) Selain kita bisa manfaatkan untuk mendekatkan jarak dan tempat untuk sosialisasi(Pawongan dan palemahan dalam konsep Tri Hita Karana) rasanya tidak mustahil juga semua itu bisa kita manfaatkan untuk menjawab kegelisahan spiritual (Paryangan) sehingga konsep keseimbangan sebagaimana yang kerap diwecanakan bisa diwujudnyatakan..Than We Can Say..Nothink Impossible For Hindu .

Lalu meski wecana ini sudah hendak kami tutup tiba-tiba pertanyaan kecil nyeletup dari pengunjung warung, kenapa ada kemiskinan dihindu, ada pengangguran juga, ada judi,Café dan hal-hal negative lainnya, sementara orang non Hindu banyak juga yang sukses,mapan, hidup ditengah-tengah komunitas hindu..kenapa dan kenapa..?? Ayo kenapa ??

Tidak mau kebakaran jenggot HiYoGa justru mencoba mengulas,anak-anak muda itu kalau saya amati sebenarnya mereka ingin berkelit dengan mengabaikan pertanyaan itu, tapi yang cukup membuat mereka PD saat nyaris gelisah itu diingatkan untuk kembali bertualang lewat alam Pikiran..dan entah dari mana lahirnya Inspirasi mungkin karena menjelang Hari Raya Saraswati sehingga seorang dari mereka menjawab lumayan taktis..

Kalau boleh saya balik bertanya kenapa juga ada orang Hindu di Bali dan bahkan diluar Bali yang juga sukses..Trus kenapa juga banyak orang Non Hindu baik di Bali,diluar Bali bahkan diluar Negeri juga tidak sukses.Maksudnya apa ?? Tanya rekannya karena dia anggap jawaban temannya hanya memutar balik..

Maksudnya Agama termasuk Hindu(Kayaknya sih lantaran tidak ditemukan acuan utk pertanyaan semacam itu ) Sepertinya tidak mengatur Sukses tidaknya Orang secara material atau kasat mata (Kebahagiaan atau ketenangan bathin belum ada tuh alat pengukurnya) Tapi Agama Khususnya Hindu memberikan jalan ya ibaratkan menu bukan makanan jadi ,bisa juga tangga,perahu,pesawat atau mungkin Internet perlu memahami untuk menggunakan sarana-sarana itu untuk mencapai tujuan.

Tujuan hidup menurut Hindu ya jelas seperti diajarkan disekolah-sekolah(Di Bali lho,yang diluar bisa lewat buku) intinya jika tidak ingin ribet mencapai keseimbangan dan kebahagiaan lahir bathin gitu..Hindu juga membingbing umatnya untuk berproses baik melalui Iptek(Fase Brahmacari) memperoleh penghasilan(Artha) hingga fase-fase lain(Secara teknis sebaiknya Tanya guru agama) yang semestinya dipahami oleh mereka yang merasa menganut Hindu .

Lain dari itu Hukum Karma Pahala yang belakangan menguat dipercayai oleh sebagian Umat di Dunia ini(Termasuk Non Hindu) juga berpengaruh karena disana ibaratkan kita berhutang ada saat menerima ada saat memberi..

Satu lagi Didunia ini manusia sehebat apapun,Negara sekuat apapun, peraturan seketat apapun,Pemimpin sebesar apapun tidak akan bisa menciptakan Sorga didunia ini.Karena Dunia ini secara Hukum Alam justru menjadi ajang kompetisi untuk bisa ke Sorga atau justru terperosot ke Jurang Neraka. Dunia (Kata teman saya itu lho) tak lain tempat orang-orang mencari ketenaran, kekuasaam, mengumbar Nafsu dan Ambisi tempat orang belajar tempat orang bertapa tempat orang memuja setan tempat orang memuliakan Tuhan,pokoknya ruang luas untuk melakukan tetek bengek selanjutnya mereka berkumpul meyakini sesuatu membuat peraturan,kadang mereka sendiri melanggarnya,berebut makan,membuat tempat berlindung saling gertak,saling nasehati saling hina saling memuji saling serobot, berantem, bermesraan dan lain-lainnya banyak lagi mungkin setara dengan pikiran dan hayalan kita..

Dengan banyaknya ruang itu Orang ingin menemukan kebahagiaan lahir bathin, dan merekapun memiliki kesimpulan berbeda-beda atas kebahagiaan dimaksud.HINDU adalah sebuah tempat yang juga diyakini sebagai sarana menuju kearah tujuan itu. Jadi semakin jauhlah jika kita membatasi pemahaman bahwa Agama yang kita yakini lalu kita tuntut untuk meretas kemiskinan(secara materi) Pengangguran secara kasat mata, atau kalah bersaing(Tanpa kita tahu kompetisinya dalam bentuk apa)

“Man itu sudah kepanjangan saya takut orang-orang menuduh kita anti kemapanan melihat dunia dari terawang pikiran semata..kita perlu waktu untuk mendapatkan jawaban yang lebih pas dan lebih mengena, anggap saja itu illustrasi..” Sela Made yang sejak tadi memelototi uraian Nyoman sahabatnya itu memberi jawaban. Tapi diam-diam termasuk Pak Made pedagang Lesehan yang sudah siap siap menutup warungnya itu manggut-manggut.

Saya yang selalu mencatat dalam pikiran tentang diskusi-diskusi itu sih ragu juga entah mereka sepakat, setuju atau justru karena jengkel..ya sudah yang jelas setahu saya, teman-teman di HiYoGa memang sukanya ngelantur tapi kadang-kadang bisa membawa tidur nyenyak juga lho..Dan jujur saja ungkapan-ungkapan spontan demikian kerap mengiang juga terutama ketika lagi sendiri,saat menyapa pagi,hendak berangkat kerja atau disaat malam tidak bisa pejamkan mata..ahh ada saja yang menarik dari hidup ini, dan alangkah indahnya jika pengalaman-pengalaman menggelitik itu bisa kita tuliskan.ada yang membaca,menanggapi atau menjadikannya Inspirasi..Andai semua orang mencoba melakukannya…!!

By the way…

HiYoGa mengucapkan SELAMAT MERAYAKAN HARI RAYA SARASWATI

Melalui Ilmu Pengetahuan semoga Hati,Jiwa Dan Pikiran terbebas dari Kegelapan .

Para Elite Cueki Forum Hindu?

Forum Generasi Hindu Minim Di Rekspon Para Elite, Why ??

Forum diskusi kecil yang kurang mendapat apresiasi kalangan elite,lembaga terhormat Dewan ataupun jajaran eksekutif berakhir disebuah aula tua,wajah-wajah sumringah pelajar Hindu masih nampak bersemangat bukan karena suguhan snack dari para pegawai-pegawai dinas yang tampil manis kala itu atau karena mereka tahu akan disuguhi seonggok nasi bungkus seusai acara dialog interaktif itu

Hiyoga menceritakan kegelisahannya saat kebetulan salah seorang anggota yang juga Journalis diberi kesempatan meliput kegiatan itu,apa sebab ? slogan yang digembar gemborkan belakangan ini yakni tentang “Ajeg Bali “ menjadi pertanyaan panjang bagi para peserta dialog,boleh dikata nyaris diantara mereka(Khususnya peserta yang terdiri atas remaja/siswa siswi Hindu itu) tak paham mereka mau digiring kemana, diberi penjelasan apa, dan kemudian apa yang harus mereka lakukan untuk minimal ikut berbuat demi cepat tecapainya Ajeg Bali (Yang pasti tidak harus menjadi tumbal apalagi mengklaim menjadi tentara ajeg Bali atau lebih sporadis digugah untuk menjadi tentara Tuhan layaknya banyak orang kini memperjuangkan keyakinannya dengan cara yang tidak disadari seperti itu).

Namun mereka harapkan ada apresiasi yang jelas,langkah yang pasti dari pemegang kebijakan atau lembaga yang berkompeten terhadap peran dan fungsi mereka yang masih belia sebagai generasi hindu Bali menyongsong Ajeg Bali itu (Jika itu memang ada dikonsepkan)

Secara umum dialog itu amat menarik bayangkan pihak penyelenggara sanggup menghadirkan beberapa perwakilan remaja hindu dari etnis lain diantaranya ada yang datang dari Irian Jaya,Ambon, Dayak ,Kalimantan dan dari suku-suku kecil lain di kawasan pedalaman Indoensia ini. Lain kali jika Forum ini telah memiliki cukup data akan kembali mencoba menggali lebih Dalam tentang pandangan-pandangan mereka.

Tentang dialog demikian, Jangan ditanya bagaimana reaksi para elite(entah mereka birokrat,pejabat,atau politisi) yang jelas jauh berbeda ketika mereka-mereka menjamu kehadiran para Investor,atau pejabat-pejabat tinggi diatasnya ataupun para pimpinan parpol yang belakangan menjadi dewa penyelamat karir politik bagi mereka yang ingin terjun dikancah politik.

Inilah suatu fenomena dimana kita akan selalu dihadapkan pada tantangan atau bahkan benturan-benturan.Dan konon katanya semakin besar mimpi yang hendak kita wujudkan semakin keras juga arus akan mengguncang dan menggoyahkan langlkah-langkah kita.Tapi hendaknya tidak harus berkecil hati apalagi Patah semangat…Kata orang bijak (Sekarang entah masih ada atau berkurang) Jangan pernah berhenti berjuang..!! Jangan pernah mundur mengusung Dharma paling tidak memulai dengan cara sederhana seperti ini..Setuju gakk !!

Sunday, November 4, 2007

Apa Yang Kita Harapkan Dari Hindu ?

Kelompok Diskusi HiYoGa(Hindu Young Generasi) cukup mengerutkan kening masing-masing dari mereka harus menjawab satu topik bahasan yang cukup menggelitik. Yakni "Apa Yang Kita Harapkan Dari Hindu,Untuk Bali,Indonesia atau mungin di Dunia terlebih Para pengambil kebijakan (Penegak aturan juga) didunia ini mayoritas non Hindu ??"
Pertanyaan itu diutarakan untuk dibahas setelah membaca tanggapan dari Blog Generasihindu.Blog yang juga diluncurkan oleh salah seorang yang terlibat banyak dalam Forum HiYoGa itu, sebagaimana kewajiban peserta diskusi itu salah satunya secara bergiliran menyampaikan pertanyaan untuk dibahas bersama. Walaupun pada akhirnya tidak ada kesimpulan yang bisa ditarik.terlebih jawaban yang dianggap sebagai kebenaran mutlak atau Hukum yang bisa diterapkan....
Tapi tiba-tiba pembicaraan memanas ,adu argumen meninggi. Karta Vid,salah seorang diskusi menyela ,Ia mengilustrasikan persoalan dengan berbagai penggambaran layaknya cerita..Sebelum peserta diskusi diberi kesempatan untuk menanggapi ,Ia menggaris bawahi "Maaf apa yang saya sampaikan tak lebih dari sebuah opini hampa dimana saya hanya bisa Copy Paste sebuah cerita atau Filsafat atau bahkan hanya sebatas mengkemas persoalan terbungkus kata-kata indah yang tidak akan memiliki makna atau isi apapun didalamnya "
Mendengar ungkapan demikian Peserta diskusi semakin kebingungan..Tapi seorang yang berambut gondrong (maaf saya lupa nanya nama pemuda itu) yang sejak awal diskusi hanya diam tiba-tiba angkat bicara.."Apapun yang kita lakukan dan orang-orang lakukan sesungguhnya hanya bagian dari Copy paste, mau bukti ??? mana ada dalang hidup dijaman wayang ? Bukankah cerita-cerita yang mereka sampaikan saat ini bisa dikatakan Copy paste, banyak prihal menyangkut illustrasi kebenaran dan kejahatan jika ditelisik terkesan Copy Paste , saya gak tahu apa masih ada penerima wahyu yang berikutnya bisa dikatakan memiliki hak cipta untuk menyampaikan illustrasi kebenaran atau kejahatan....Garis-garis itu disadari atau tidak tetap ada, yang mengesankan Copy paste itu alamiah bahkan seorang Guru(Disekolah) dalam mentransfer ilmu mungkin saja harus Copy paste. Tiba-tiba Ia ngelantur seperti itu.Untungan teman disebelahnya mengingatkan.."Ya berdiskusi santai dikit dong, entar malah dibilang paling bisa ,sok tahu and so on .Mendengar itu lelaki gondrong yang aslinya pendiam itu terlihat memaksakan senyumnya. Teman yang lain yang agak cerdas justru bangga, bagi mereka itulah pentingnya diskusi .Sebelum mengakhiri diskusi dengan disuguhi jagung bakar sabtu3/11 malam itu ,seorang anggota diskusi yang pada pertemuan itu mendapat tugas menutup sessen diskusi menyampaikan "Jangan tanyakan apa yang kita harapkan dari Hindu terhadap diri kita,daerah kita atau bahkan dunia ini, tapi rasakan dari apa yang kita harapkan itu...Disana ada nilai bukan wujud.Orang sakit,bahagia,murung,senang ,kecewa,sedih ataupun menangis bukan karena peran dominan mayoritas,tidak selalu karena kebijakan atau aturan yang digelontorkan.Kita perlu sehat salah satunya lewat YoGa atau meditasi (Yang secara Ilmiah dan diakui dunia memberi manfaat terhadap kesehatan terutama nafas dan ketentraman jiwa/berpotensi mengurangi stress), Selebihnya tentang urusan spiritual/Agama,Sosial Politik bahkan pelestarian/ lingkungan Hidup. bukankah bagian dari nilai Tri Hita Karana? Konsep Tenget(Angker),terhadap pohon besar,batu besar dan disucikan seperti Gunung,laut,danau bukankah kontribusi Nyata HINDU lewat tradisi keyakinan untuk sebuah PELESTARIAN, lalu untuk siapa nilai hindu itu ,Bukan kelompok mayoritas tidak juga kepada pengambil kebijakan melainkan Mahluk Hidup. Jadi kadang kegelisahan itu hanyalah pikiran kita .tak lain karena kita hanya mengenal nama,bungkusan itu telah menjadi wujud dan akhirnya kita tidak merasakan nilainya." Ujar lelaki itu seraya menggaris bawahi tidak keberatan jika apa yang Ia sampaikan dianggap salah,keliru,berlebihan atau bahkan mengada ada.Sebelum Pramasanthi diucapkan , Ia menitip pesan Teknologi , Informasi dan Komunikasi sesungguhnya tantangan kita kedepan perlu diketahui belum banyak PENGAYAH yang terlihat di ranah ini..!!