Tuesday, December 4, 2007
Nyepi For The World ??
Terpenting dari semua itu, setidaknya BALI dengan perayaan NYEPI ini sudah menyumbangkan suatu praktek langsung/Upaya Nyata terkait Kepedulian lingkungan Bahkan Ozone demi kehidupan dunia.
Sementara Negara-nergara berkembang dan maju lainnya lewat suatu pertemuan akbar kini baru mencari-cari langkah untuk mengurangi resiko pemanasan Global ini.
Kalau di pikir-pikir Nilai kearifan lokal BALI itu keren juga..nyaris kita tidak menduga sebelumnya ternyata Nenek Moyang Kita telah lebih dahulu memikirkan kegelisahan Dunia ini.. Sayangnya suara kita kurang Vokal dan dasar analisa ilmiah kita kurang menggigit mungkin karena kita lebih disibukkan dengan aktivitas ceremonial jadi lupa mencari makna dibalik maksud perayaan itu...
Tapi suatu saat nanti Dunia pasti memikirkan hal itu, maklum belakangan ini Dunia disibukkan dengan urusan Perang(Ideologi/Cara pandang), Pasar Bebas, Industrialisasi dan urusan kebutuhan kasat mata lainnya, Tapi tunggu saja,cepat atau lambat anak cucu kita pasti akan melihat perayaan NYEPI untuk dunia...Perayaan itu dikenal dengan nama "The Silent Day" Atau beberapa negara menyebut "Nyepi For The World" Semacam perayaan Tahun baru atau Valentine Day perlahan namun pasti bakal dikenal juga !!
K.Vidnyana(Hiyoga)
Friday, November 23, 2007
Seputar Saraswati
Pro Kontra Saraswati
Diakui atau tidak dirasakan atau kurang dihiraukan ternyata banyak persoalan pelaksanaan Upacara keagamaan, khususnya Hindu Nusantara yang terkesan masih menyisakan pemikiran Pro dan Kontra .Setidaknya demikian pengakuan para Generasi Hindu Muda selepas mengikuti persembahyangan Hari Raya Saraswati beberapa waktu lalu yang beberapa diantaranya juga menyempatkan diri mendengar beberapa Dharma Wecana yang disampaikan sejumlah Tokoh dibeberapa Pura yang ada di Bali.
Nah kondisi ini membuat Forum HiYoGa sempat berdebat panjang sampai-sampai Kami telat menulis Blog padahal disela-sela perayaan itu banyak catatan yang sedianya dikemukakan .Tapi atas desakan beberapa anggota Forum ,HiYoGa sepakat mencari tahu(Walau tentunya tak lebih dari seujung kuku) .Lalu apa kegelisahan dari sosok-sosok belia yang bisa saja dibilang sok ingin tahu itu …??
Bermula, semua dari mereka larut dalam aktifitas perayaan yang dipercaya sebagai Hari turunnya Ilmu pengetahuan (!0/10/2007),maklum banyak dari mereka yang masih berstatus siswa ataupun mahasiswa jadi semangat itu masing mengapi-api.banyak bahkan dari teman-teman mereka sepakat menyebut hari itu sebagai Odalan sekolah/Kampus,atau lembaga-lembaga pendidikan yang tentunya dikelola oleh Semeton Hindu.
Marak seumringah,harum semerbak dari aroma Dupa,kumkuman Tirta dan kembang mewarnai seluruh sekolah dari Kota hingga pedesaan di Bali,Bahkan di NTB(Khususnya Mataram)-Hasil laporan rekan kami(HiYoGa) disana, Umat Hindu(Khususnya remaja pelajar/mahasiswa) Setempat melanjutkan Bhakti mereka ke Pura-pura besar yang bertebaran khususnya di Lombok Barat,hingga dini hari untuk menyambung perayaan Banyu Pinaruh keesokan harinya.
Hal ini tentu menggembirakan ,dalam satu petikan seorang tokoh menyebut itu bagian dari meningkatnya kesadaran Umat, Secara pribadi Kami setuju itu..Tapi jangan heran diForum HiYoGa ,pandangan demikian masih menyisakan Tanda Tanya besar..Dan inilah awal perdebatan itu yang coba kami angkat dengan harapan mendapatkan sedikit gambaran terutama dari rekan-rekan sedharma yang bisa memahami cara tangkap praktis dari kalangan-kalangan Generasi Hindu yang pada Abad ini bergerak Dinamis,
Dengan berbagai upaya dalam rembug itu kami mencoba mengkerucutkan persoalan(Berdasarkan analisa Lapangan Remaja Hindu Bali/Lombok) tentunya kami tidak harus menggiring mereka terlalu serius alias memaksa pemikiran mereka pada penggalian-penggalian yang mendalam dalam memaknai semua itu ,alasannya jelas karena bukan kesimpulan nantinya kita bawa pulang selepas dialog melainkan suatu percik pemikiran menelusuri lewat alam bawah sadar(Barangkali) sehingga rangkaian-rangkaian pelaksanaan Upacara itu juga bersinergi dengan harum sumringahnya bathin dan kegembiraan Nurani sebagaimana balutan luar yang napak dari wajah-wajah Jegeg Bagus para Generasi Hindu dikala menyongsong Hari Saraswati. Lalu,apa yang membuat mereka bertanya ??
Ada beberapa hal yang mengganjal dibenak mereka, sebenarnya sih bisa dibilang sederhana tapi namanya juga pertanyaan dan keluh kesah jadi harapan mereka bisa mendapat gambaran untuk mereka ketok tularkan kepada rekan-rekan lainnya jikalau kebetulan mereka ada yang menanyakan prihal itu dan tentunya lebih bermanfaat juga kiranya jika mereka telah paham, jadi merayakan Hari Raya itu tidak lagi sebatas tampilan kulit walau hanya selintas, minimal itulah yang bisa dilakukan
Pertama Kenapa perayaan Saraswati khususnya di
Pertanyaannya terkesan sederhana bahkan mungkin basi tapi saat ditanyakan itu kepada kebanyakan Generasi (Bukan kepada siswa yang hendak ujian agama Hindu karena mereka akan mempersiapkan sebelumnya) Mereka gagu dan terakhir bisa ditebak jawabannya “Nak Mulo Keto “ lebih tragis lagi “Cang sing maan ngerunguang “ setidaknya itulah hasil penelusuran teman-teman di Forum HiYoGa .Wayan salah seorang dari mereka nyeletup.Andaikan tidak ada sekolah/kampus atau lembaga-lembaga pendidikan tersebar di Bali bisa-bisa perayaan Saraswati itu sepi ,kami sempat mengintip tetangga yang tidak memiliki anak yang masih sekolah, mereka cuek tidak merayakan saraswati ,ketika ditawari oleh dagang banten saraswati disudut gang depan rumahnya ia menjawab ,saya tidak punya anak yang masih sekolah jadi saya tidak membeli banten saraswati. Beh saya bingung…ternyata bagi mereka perayaan saraswati itu adalah tuntutan bagi anak-anaknya yang masih sekolah.
Berangkat dari kasus demikian kami lantas berpikir untuk bertanya ,karena kami takut kalau ditanya nanti tidak bisa menjelaskan,masih mending kalau yang nanya tetangga atau teman-teman se-umat bisa saja dijawab mulo keto kalau non hindu misalnya lebih parah lagi orang-orang asing,mereka-mereka ini banyak yang penasaran.sebagai daerah tujuan wisata kita sering pengeng menjelaskan hal-hal sepele kepada mereka.
Belum juga mendapat gambaran jawaban yang pas dari pertanyaan pertama itu kami juga dirangsek dengan pertanyaan kedua masih seputar Saraswati..Upacara itu dirayakan berdasarkan sastra agama atau tradisi ? Untuk pertanyaan demikian kami terus terang tidak berani sok pintar,tapi namanya generasi mereka butuh jawaban,penjelasan lebih mengena lagi jika mereka menangkap kesan logis jika tidak jangan paksa mereka untuk menganggukkan kepala itu berlaku hanya didalam kelas karena mereka takut dibilang tidak mengerti .
Dan desakan pertanyaan yang paling banyak disampaikan termasuk mulai menjejali email generasihindu@yahoo.com adalah benarkan dihari raya Saraswati kita tidak bisa membaca, kenapa beberapa tokoh agama kerap menyampaikan pandangan terkait hal itu masih beragam ,jika benar atau tidak landasannya apa ? .
Bagaimana caranya menyampaikan pesan perayaan Saraswati yang sesuai dengan dunia generasi kekinian, lalu jika ilmu pengetahuan itu bisa bersumber dari lontar,(Pada masa lalu) kemudian berkembang kedalam buku-buku (Dalam decade ini) bukankah sumber pengetahuan berikutnya bisa juga bertambah yakni lewat internet ? ,terus setelah memberi banten pada lontar,buku kemudian Komputer logiskah ?....Pertanyaan-pertanyaan seabrek itu menjejali isi otak kami ,memang kalau dipikir-pikir lebih enak dijawab mulo keto. Tapi rasanya ada yang kurang ketika kita berkumpul,ngobrol kangin kauh seputar agama dan nyatanya kita tak punya power untuk menjawab pertanyaan yang notabena diajukan oleh siswa yang masih ingusan.
Karena kami memberi jeda,salah seorang yang tampil Punk meski berbusana adat itu langsung berkomentar “ Itu artinya ada Pro Kontra Saraswati “ Lontarnya. Tanpa dikomando spontan saja para rekan-rekan sebayanya yang lain menyetujui .
Barangkali mereka cukup sering menonton aksi unjuk rasa di TV jadinya mereka fasih dengan bahasa itu .Ya masih ada Pro- Kontra dalam benak mereka. Jangan lantas disalahkan begitu saja .Yang mereka butuhkan pastinya jawaban.
Dan sampai kami bawa tidur kami masih menyisipkan pesan generasi tadi didalam benak kami. Harapan kami bisa berdiskusi ringan lewat blog dengan rekan-rekan generasi yang kami yakini banyak diantara mereka yang paham(Jangan salah mungkin lebih banyak yang tidak paham lo) sehingga beban kami lebih ringan. Karena terus terang ketika kami giring mereka untuk banyak membaca tulisan-tulisan para pemikir-pemikir Hindu lewat buku-buku yang telah diterbitkannya mereka mengeluh ,katanya malas membaca dan herannya lagi mereka bilang terlalu berat .
Akhirnya repot juga tapi hati kecil kami berkata, perlu ada solusi lain barangkali untuk membuat mereka tergiring dan memahami. Semisal lewat audio visual (Mereka dengar dan tonton)dan itu adalah tantangan jika kita tidak ingin mendengar “loosing Hindu generation” (Generasi Hindu yang Hilang) .
Tantangan adalah tantangan,pancarian dan pemaknaan adalah sesuatu yang akan terus di gali sepanjang masa.dari generasi ke generasi, kami optimis mungkin tidak jauh dari kita banyak yang telah memahami jauh dari apa yang kami tahu.
Tapi sejalan dengan itu Kegelisahan akan tetap ada…So itulah pilihan kami untuk berbagi… Sebelum kami bertambah pusing kami tidak lupa berterimakasih terhadap mereka-mereka yang banyak berpartisifasi menyumbang ide,saran,percik pemikiran hingga kritik dan sarannya baik melalui blog generasihindu ini,email atau cara lain baik secara langsung maupun tidak langsung telah kami terima.
K.Vidnyana
Friday, November 9, 2007
Ajeg Bali Seperti Apa ??
Ajeg
Lalu bagaimana dengan ajeg
Setelah kami buka lembar-lembar arsip Forum Hiyoga, ternyata wecana Ajeg Bali pernah dibahas sampai-sampai semua anggota nyaris mabuk,apa sebab ? wecana ngelantur tanpa ujung pangkal, peserta saling ngotot sampai mencekik tenggorokan dan kembali seperti biasa tak sepatah kesimpulanpun yang bisa ditarik maklum wadah mereka belum cukup menggigit untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi mereka ,sialnya justru konsep Ajeg Balilah yang dituding tidak jelas. Jadi bingungkan..!! pasti bingung…!
Namun pembicaraan yang lebih menarik muncul setelah pertemuan tidak sengaja dengan beberapa anggota forum HiYoGa di sebuah warung lesehan,opini per opinipun mengalir,intinya Ajeg Bali yang dibedah ringan oleh versi generasi mereka harapkan lebih dipertegas..Apakah konsep Ajeg Bali yang dimaksud adalah upaya mengajegkan Adat dan Budaya
Dari mana memulai ?? Dan Siapa yang punya tanggung jawab..??
Waduh ditanya kayak gitu,kelompok HiYoGa tidak serta merta menjawab tapi rata-rata dari mereka setelah puas mengamati diri sendiri, diajak untuk merenungi atau bernostalgia dalam alam pikiran tentang apa yang terjadi dilingkungan rumahnya,dengan orang-orang sekitarnya, setelah itu diajak menyelusuri lingkungan,melihat semak-semak,menuruni tebing memandangi gunung-gunung atau mengamati kesibukan pinggir jalan raya.melangkahkan kaki dipantai,menyebrangi kali, bercengkrama dengan hewan piaraan atau memanjati pohon-pohon yang tumbuh diserkitar kita. Setelah indahnya petualangan pikiran itu dapat dirasakan.Mereka menarik nafas dan masing-masing ternyata mendapat gambaran(bukan jawaban) . tentang apa yang hendak mereka bahas.”Iya konsep kadang-kadang membingungkan dan cenderung jadi momok. Ibarat menulis meski teori EYD dianggap penting sebagai pengantar penulisan yang baik dan benar akan tetapi tidak menjamin orang bisa menjadi penulis popular semisal sebagai pengarang,jurnalis ataupun sastrawan dengan bekal teori yang dibakukan itu, tak beda jauh dengan Pelukis yang bekangan justru banyak yang keluar dan mendobrak pakem-pakem atau aliran-aliran yang dianggapnya mengikat dalam berekspresi..Nah dari kenyataan demikian tidakkah penting bagi para Teoritis pun juga tokoh budayawan dan spiritual mulai sedikit meleburkan Teorinya untuk dicerna oleh generasi yang bergerak cepat.So What about Ajeg Bali Man..?? Apa hubungannya dengan pembahasan yang memutar tadi dan desakan pertanyaan kapan menuju Ajeg Bali itu nyampe atau jangan-jangan hanya menuju dan menuju terus..
Pemilik warung lesehan yang sejak tadi mengintip dialog kami dari balik gedek tiba-tiba tidak tahan hanya mengguman dan mengut-manggut.Dia datang duduk dan ikut bergabung dalam dialog ringan itu tidak tanggung-tanggung setelah mengucap sapa dan penganjali Ia langsung menyumbang pendapat “Harusnya kita tahu konsep Ajeg Bali itu lahir dari siapa, percik pemikiran itu perlu dihargai namun perkembangan berikutnya apa tidak mungin sarat dipenuhi kepentingan bisnis, politik bahkan ambisi-ambisi kekuasaan atau kekuatan-kekuatan lain bisa saja kan..??.Tapi terlalu curiga apalagi memvonis Negatif juga salah, patut juga diwaspadai jangan-jangan wecana anti konsep Ajeg Bali, digelontorkan oleh kelompok-kelompok yang memiliki rencana membawa Misi tertentu oleh karena Konsep Ajeg Bali yang berpeluang menciptakan militant-militan local dimata mereka dianggap bisa menghalangi bahkan menggagalkan misi jangka panjangnya,.bisa saja kan kenapa tidak wong kepercayaan entah itu agama,adat atau budaya kita ini tidak memiliki intelejen dibidang itu, sementara penyebar-penyebar misi kepercayaan lain bisa menggunakan berbagai cara. Nah yang ingin saya sampaikan jangka berburuk sangka dan jangan juga berlebihan terhadap Ajeg Bali sehingga tidak hanya muncul menjadi pepes kosong. Lakukan seperti apa yang saya lakukan yakni jualan Lesehan dipinggir jalan raya, jika sudah lancar,bisa untuk sekolahkan anak-anak dan membelikannya sarana-sarana yang mendidik “ Ujar bapak itu yang terakhir saya tahu namanya Pak Made,Ia juga ternyata sempat kuliah sisebuah perguruan tinggi Hindu di Bali tapi tidak tamat karena alasan biaya.Ia memilih menikahi tetangganya dan berjualan lesehan sari laut,itupun setelah Ia terinspirasi karena jarang makan waktu masih ngekos dulu, jadinya Ia sering berandai-andai jika saja Ia punya warung makan dan kini terwujud. Katanya itu juga bagian dari doa,Pak Made juga memberi Kita nasehat bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa Pemikiran kadang mengubah keadaan dan bisa mewujudkan kenyataan,jadi kata Dia kurangi berpikir Negatif bila perlu hilangkan sama sekali dari benak kita sehingga percik pemikiran positif itu dengan leluasa bisa kita serap,masuk kealam bawah sadar menggerakkan persendian, membawa kita terobsesi,melangkah pasti dan membawa kita mewujudkan ide dan gagasan yang kita pikirkan terus menerus dan secara serius itu. “Jika diibaratkan Komputer, jangan biarkan Virus masuk dan menggerogoti program apalagi sampai merambah kesystem parah tohh,sering-seringlah discan bila perlu jangan sungkan-sungkan untuk mendelete hal-hal yang tidak berguna sehingga kapasitas memory menjadi lebih lapang” Urainya berkelakar
Wah diam-diam pak Made mateng juga…Lalu bagaimana kelanjutan Ajeg Bali.sebaiknya kita bahas dilain kesempatan lagi, dan untuk itu turunlah sambil cari tahu apakah itu dikonsepnya seperti jalan, dibuat semacam Gapura atau benteng ataukah hanya ada dialam angan..Tapi apapun itu saya sepakat dengan Pak Made(Lagi-lagi saya lupa nanya nama lengkapnya) jangan dulu memvonis ini itu, tidak juga harus curiga berlebihan apalagi sinis. Diera dinamisasi culture ini, sesungguhnya semua hal mencari bentuk, Hindu sendiri dalam sejarah perkembangannya semua dilandasi atas dinamisasi dan kondisi itu pula yang membuat orang masih meyakininya. Tinggal giliran kita yang merasa sebagai generasi Hindu..memasuki era millennium ini banyak yang telah kita kenal dan tahu salah satunya pasar bebas ,global warning dan era komunikasi ,teknologi dan Transportasi (HP.Internet,pesawat,dll) Selain kita bisa manfaatkan untuk mendekatkan jarak dan tempat untuk sosialisasi(Pawongan dan palemahan dalam konsep Tri Hita Karana) rasanya tidak mustahil juga semua itu bisa kita manfaatkan untuk menjawab kegelisahan spiritual (Paryangan) sehingga konsep keseimbangan sebagaimana yang kerap diwecanakan bisa diwujudnyatakan..Than We Can Say..Nothink Impossible For Hindu .
Lalu meski wecana ini sudah hendak kami tutup tiba-tiba pertanyaan kecil nyeletup dari pengunjung warung, kenapa ada kemiskinan dihindu, ada pengangguran juga, ada judi,Café dan hal-hal negative lainnya, sementara orang non Hindu banyak juga yang sukses,mapan, hidup ditengah-tengah komunitas hindu..kenapa dan kenapa..?? Ayo kenapa ??
Tidak mau kebakaran jenggot HiYoGa justru mencoba mengulas,anak-anak muda itu kalau saya amati sebenarnya mereka ingin berkelit dengan mengabaikan pertanyaan itu, tapi yang cukup membuat mereka PD saat nyaris gelisah itu diingatkan untuk kembali bertualang lewat alam Pikiran..dan entah dari mana lahirnya Inspirasi mungkin karena menjelang Hari Raya Saraswati sehingga seorang dari mereka menjawab lumayan taktis..
Kalau boleh saya balik bertanya kenapa juga ada orang Hindu di Bali dan bahkan diluar
Maksudnya Agama termasuk Hindu(Kayaknya sih lantaran tidak ditemukan acuan utk pertanyaan semacam itu ) Sepertinya tidak mengatur Sukses tidaknya Orang secara material atau kasat mata (Kebahagiaan atau ketenangan bathin belum ada tuh alat pengukurnya) Tapi Agama Khususnya Hindu memberikan jalan ya ibaratkan menu bukan makanan jadi ,bisa juga tangga,perahu,pesawat atau mungkin Internet perlu memahami untuk menggunakan sarana-sarana itu untuk mencapai tujuan.
Tujuan hidup menurut Hindu ya jelas seperti diajarkan disekolah-sekolah(Di Bali lho,yang diluar bisa lewat buku) intinya jika tidak ingin ribet mencapai keseimbangan dan kebahagiaan lahir bathin gitu..Hindu juga membingbing umatnya untuk berproses baik melalui Iptek(Fase Brahmacari) memperoleh penghasilan(Artha) hingga fase-fase lain(Secara teknis sebaiknya Tanya guru agama) yang semestinya dipahami oleh mereka yang merasa menganut Hindu .
Lain dari itu Hukum Karma Pahala yang belakangan menguat dipercayai oleh sebagian Umat di Dunia ini(Termasuk Non Hindu) juga berpengaruh karena disana ibaratkan kita berhutang ada saat menerima ada saat memberi..
Satu lagi Didunia ini manusia sehebat apapun,Negara sekuat apapun, peraturan seketat apapun,Pemimpin sebesar apapun tidak akan bisa menciptakan Sorga didunia ini.Karena Dunia ini secara Hukum Alam justru menjadi ajang kompetisi untuk bisa ke Sorga atau justru terperosot ke Jurang Neraka. Dunia (Kata teman saya itu lho) tak lain tempat orang-orang mencari ketenaran, kekuasaam, mengumbar Nafsu dan Ambisi tempat orang belajar tempat orang bertapa tempat orang memuja setan tempat orang memuliakan Tuhan,pokoknya ruang luas untuk melakukan tetek bengek selanjutnya mereka berkumpul meyakini sesuatu membuat peraturan,kadang mereka sendiri melanggarnya,berebut makan,membuat tempat berlindung saling gertak,saling nasehati saling hina saling memuji saling serobot, berantem, bermesraan dan lain-lainnya banyak lagi mungkin setara dengan pikiran dan hayalan kita..
Dengan banyaknya ruang itu Orang ingin menemukan kebahagiaan lahir bathin, dan merekapun memiliki kesimpulan berbeda-beda atas kebahagiaan dimaksud.HINDU adalah sebuah tempat yang juga diyakini sebagai sarana menuju kearah tujuan itu. Jadi semakin jauhlah jika kita membatasi pemahaman bahwa Agama yang kita yakini lalu kita tuntut untuk meretas kemiskinan(secara materi) Pengangguran secara kasat mata, atau kalah bersaing(Tanpa kita tahu kompetisinya dalam bentuk apa)
“Man itu sudah kepanjangan saya takut orang-orang menuduh kita anti kemapanan melihat dunia dari terawang pikiran semata..kita perlu waktu untuk mendapatkan jawaban yang lebih pas dan lebih mengena, anggap saja itu illustrasi..” Sela Made yang sejak tadi memelototi uraian Nyoman sahabatnya itu memberi jawaban. Tapi diam-diam termasuk Pak Made pedagang Lesehan yang sudah siap siap menutup warungnya itu manggut-manggut.
Saya yang selalu mencatat dalam pikiran tentang diskusi-diskusi itu sih ragu juga entah mereka sepakat, setuju atau justru karena jengkel..ya sudah yang jelas setahu saya, teman-teman di HiYoGa memang sukanya ngelantur tapi kadang-kadang bisa membawa tidur nyenyak juga lho..Dan jujur saja ungkapan-ungkapan spontan demikian kerap mengiang juga terutama ketika lagi sendiri,saat menyapa pagi,hendak berangkat kerja atau disaat malam tidak bisa pejamkan mata..ahh ada saja yang menarik dari hidup ini, dan alangkah indahnya jika pengalaman-pengalaman menggelitik itu bisa kita tuliskan.ada yang membaca,menanggapi atau menjadikannya Inspirasi..Andai semua orang mencoba melakukannya…!!
By the way…
HiYoGa mengucapkan SELAMAT MERAYAKAN HARI RAYA SARASWATI
Melalui Ilmu Pengetahuan semoga Hati,Jiwa Dan Pikiran terbebas dari Kegelapan .
Para Elite Cueki Forum Hindu?
Forum Generasi Hindu Minim Di Rekspon Para Elite, Why ??
Forum diskusi kecil yang kurang mendapat apresiasi kalangan elite,lembaga terhormat Dewan ataupun jajaran eksekutif berakhir disebuah aula tua,wajah-wajah sumringah pelajar Hindu masih nampak bersemangat bukan karena suguhan snack dari para pegawai-pegawai dinas yang tampil manis kala itu atau karena mereka tahu akan disuguhi seonggok nasi bungkus seusai acara dialog interaktif itu
Hiyoga menceritakan kegelisahannya saat kebetulan salah seorang anggota yang juga Journalis diberi kesempatan meliput kegiatan itu,apa sebab ? slogan yang digembar gemborkan belakangan ini yakni tentang “Ajeg Bali “ menjadi pertanyaan panjang bagi para peserta dialog,boleh dikata nyaris diantara mereka(Khususnya peserta yang terdiri atas remaja/siswa siswi Hindu itu) tak paham mereka mau digiring kemana, diberi penjelasan apa, dan kemudian apa yang harus mereka lakukan untuk minimal ikut berbuat demi cepat tecapainya Ajeg Bali (Yang pasti tidak harus menjadi tumbal apalagi mengklaim menjadi tentara ajeg Bali atau lebih sporadis digugah untuk menjadi tentara Tuhan layaknya banyak orang kini memperjuangkan keyakinannya dengan cara yang tidak disadari seperti itu).
Namun mereka harapkan ada apresiasi yang jelas,langkah yang pasti dari pemegang kebijakan atau lembaga yang berkompeten terhadap peran dan fungsi mereka yang masih belia sebagai generasi hindu
Secara umum dialog itu amat menarik bayangkan pihak penyelenggara sanggup menghadirkan beberapa perwakilan remaja hindu dari etnis lain diantaranya ada yang datang dari Irian Jaya,Ambon, Dayak ,
Tentang dialog demikian, Jangan ditanya bagaimana reaksi para elite(entah mereka birokrat,pejabat,atau politisi) yang jelas jauh berbeda ketika mereka-mereka menjamu kehadiran para Investor,atau pejabat-pejabat tinggi diatasnya ataupun para pimpinan parpol yang belakangan menjadi dewa penyelamat karir politik bagi mereka yang ingin terjun dikancah politik.
Inilah suatu fenomena dimana kita akan selalu dihadapkan pada tantangan atau bahkan benturan-benturan.Dan konon katanya semakin besar mimpi yang hendak kita wujudkan semakin keras juga arus akan mengguncang dan menggoyahkan langlkah-langkah kita.Tapi hendaknya tidak harus berkecil hati apalagi Patah semangat…Kata orang bijak (Sekarang entah masih ada atau berkurang) Jangan pernah berhenti berjuang..!! Jangan pernah mundur mengusung Dharma paling tidak memulai dengan cara sederhana seperti ini..Setuju gakk !!
Sunday, November 4, 2007
Apa Yang Kita Harapkan Dari Hindu ?
Pertanyaan itu diutarakan untuk dibahas setelah membaca tanggapan dari Blog Generasihindu.Blog yang juga diluncurkan oleh salah seorang yang terlibat banyak dalam Forum HiYoGa itu, sebagaimana kewajiban peserta diskusi itu salah satunya secara bergiliran menyampaikan pertanyaan untuk dibahas bersama. Walaupun pada akhirnya tidak ada kesimpulan yang bisa ditarik.terlebih jawaban yang dianggap sebagai kebenaran mutlak atau Hukum yang bisa diterapkan....
Tapi tiba-tiba pembicaraan memanas ,adu argumen meninggi. Karta Vid,salah seorang diskusi menyela ,Ia mengilustrasikan persoalan dengan berbagai penggambaran layaknya cerita..Sebelum peserta diskusi diberi kesempatan untuk menanggapi ,Ia menggaris bawahi "Maaf apa yang saya sampaikan tak lebih dari sebuah opini hampa dimana saya hanya bisa Copy Paste sebuah cerita atau Filsafat atau bahkan hanya sebatas mengkemas persoalan terbungkus kata-kata indah yang tidak akan memiliki makna atau isi apapun didalamnya "
Mendengar ungkapan demikian Peserta diskusi semakin kebingungan..Tapi seorang yang berambut gondrong (maaf saya lupa nanya nama pemuda itu) yang sejak awal diskusi hanya diam tiba-tiba angkat bicara.."Apapun yang kita lakukan dan orang-orang lakukan sesungguhnya hanya bagian dari Copy paste, mau bukti ??? mana ada dalang hidup dijaman wayang ? Bukankah cerita-cerita yang mereka sampaikan saat ini bisa dikatakan Copy paste, banyak prihal menyangkut illustrasi kebenaran dan kejahatan jika ditelisik terkesan Copy Paste , saya gak tahu apa masih ada penerima wahyu yang berikutnya bisa dikatakan memiliki hak cipta untuk menyampaikan illustrasi kebenaran atau kejahatan....Garis-garis itu disadari atau tidak tetap ada, yang mengesankan Copy paste itu alamiah bahkan seorang Guru(Disekolah) dalam mentransfer ilmu mungkin saja harus Copy paste. Tiba-tiba Ia ngelantur seperti itu.Untungan teman disebelahnya mengingatkan.."Ya berdiskusi santai dikit dong, entar malah dibilang paling bisa ,sok tahu and so on .Mendengar itu lelaki gondrong yang aslinya pendiam itu terlihat memaksakan senyumnya. Teman yang lain yang agak cerdas justru bangga, bagi mereka itulah pentingnya diskusi .Sebelum mengakhiri diskusi dengan disuguhi jagung bakar sabtu3/11 malam itu ,seorang anggota diskusi yang pada pertemuan itu mendapat tugas menutup sessen diskusi menyampaikan "Jangan tanyakan apa yang kita harapkan dari Hindu terhadap diri kita,daerah kita atau bahkan dunia ini, tapi rasakan dari apa yang kita harapkan itu...Disana ada nilai bukan wujud.Orang sakit,bahagia,murung,senang ,kecewa,sedih ataupun menangis bukan karena peran dominan mayoritas,tidak selalu karena kebijakan atau aturan yang digelontorkan.Kita perlu sehat salah satunya lewat YoGa atau meditasi (Yang secara Ilmiah dan diakui dunia memberi manfaat terhadap kesehatan terutama nafas dan ketentraman jiwa/berpotensi mengurangi stress), Selebihnya tentang urusan spiritual/Agama,Sosial Politik bahkan pelestarian/ lingkungan Hidup. bukankah bagian dari nilai Tri Hita Karana? Konsep Tenget(Angker),terhadap pohon besar,batu besar dan disucikan seperti Gunung,laut,danau bukankah kontribusi Nyata HINDU lewat tradisi keyakinan untuk sebuah PELESTARIAN, lalu untuk siapa nilai hindu itu ,Bukan kelompok mayoritas tidak juga kepada pengambil kebijakan melainkan Mahluk Hidup. Jadi kadang kegelisahan itu hanyalah pikiran kita .tak lain karena kita hanya mengenal nama,bungkusan itu telah menjadi wujud dan akhirnya kita tidak merasakan nilainya." Ujar lelaki itu seraya menggaris bawahi tidak keberatan jika apa yang Ia sampaikan dianggap salah,keliru,berlebihan atau bahkan mengada ada.Sebelum Pramasanthi diucapkan , Ia menitip pesan Teknologi , Informasi dan Komunikasi sesungguhnya tantangan kita kedepan perlu diketahui belum banyak PENGAYAH yang terlihat di ranah ini..!!
Sunday, October 21, 2007
Anand Krishna Di Karangasem
Pesan Anand
Di Karangasem
Pada Rabu 3 Oktober 2007, Saya Kebetulan mendapat kesempatan mengikuti sebuah dialog Spirutual Universal yang menjadi Narasumbernya adalah seorang tokoh Lintas Agama yang begitu banyak menerbitkan Buku-buku berwawasan Spiritual Universal dan merupakan salah satu tokoh penting Nasional .Beliau Adalah Anand Krishna .
Bagi Saya Pribadi yang seorang Jurnalis kecil merasa amat bangga mendapat kesempatan mendengar sepatah dua patah uraiannya menyangkut sesuatu yang sangat global, Universal dan terungkap dari sebuah pemahaman yang amat dalam baik dari kaca mata Spiritual, wawasan Lingkungan, Kebangsaan ,Tradisi hingga era Millenium.. Setidaknya demikian yang kami rasa sebagai ungkapan kekaguman kami terhadap Tokoh yang memiliki banyak kiprah dibanyak bidang itu .
Terlepas dari paham atau tidaknya para audiens yang waktu itu lebih banyak dihadiri oleh kalangan Generasi muda terhadap percik pemikiran seorang tokoh besar seperti Anand Krishna ..Yang jelas dari tepian kolam Taman Sukasada Ujung, Karangasem dibalik riuh canda tawa para rekan-rekan generasi,diantara yang serius atau sekedar bangga menyandang identitas peserta,penuh Tanya sebagai kaum hawa sebagaimana juga kami memiliki Jiwa yang bergemuruh, penuh kegalauan .Ada yang masih bisa saya tangkap dan saya tuliskan menjadi sebuah artikel .Kurang lebih pesan seperti ini yang disampaikan oleh Anand Krishna yang saya laporkan sebagai sebuah berita…
Anand Krishna Ingatkan Pentingnya Kesadaran Spiritual Bagi Generasi
Karangasem_Generasihindu 3/10/2007
Tokoh Spiritual Lintas Agama Anand Krishna mengagumi aura potensi alam Karangasem. Hal itu disampaikannya Saat memberi pencerahan soal kebangsaan di Taman Sukasada Ujung Karangasem, Rabu (3/10) Kemarin terkait rangkaian kegiatan menyambut perayaan Hari Sumpah Pemuda yang diselenggarakan oleh DPD II KNPI Karangasem “Karangasem memiliki magnet potensi alam yang menarik tidak saja di bidang Pariwisata tetapi juga aura spiritual, dengan adanya pusat - pusat situs religius seperti Besakih, Lempuyang, Andakasa dan Padangbay serta situs-situs lainnya.” Ujarnya
Terkait khasanah nilai kebangsaan yang bertumpu pada nilai kebinekaan dan budaya nusantara, ditegaskan Anand, masyarakat nusantara harus mencintai budaya dan sejarah bangsanya untuk menghindari kondisi bangsa jatuh semakin terpuruk. Menurutnya, kesalahan dalam memenej negara kebangsaan yang bertumpu pada pemahaman nilai sejarah, dapat merupakan media pembelajaran mengembangkan masa depan belajar dati kelebihan dan kelemahan masa lalu. Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya misalnya, memiliki dinasti dalam rentang terpanjang yakni selama 1200 tahun yang berpusat di
Era kedatangan ekspansi Chengho ke tanah air yang berhasil menguasai Kerajaan di Indonesia, ditandai penguasaan terhadap sejumlah raja-raja yang akhirnya berhasil dikuasai asing. Ditegaskan Anand, bahwa budaya
Bupati Karangasem I Wayan Geredeg yang hadir dalam acara siraman rohani bagi kalangan generasi itu menyampaikan rasa salutnya dengan kegiatan yang diprakarsai KNPI Karangasem .Disebutkannya kegiatan demikian dapat menumbuhkan semangat pemuda dalam nuansa peringatan Sumpah Pemuda dengan melaksanakan kegiatan yang mengarah pada penguatan rasa nasionalisme clan kebangsaan. Bupati optimis jika jalinan kebersamaan dalam melaksanakan pembangunan dapat ditumbuhkan maka upaya meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat sesuai visi Jagadhita Ya Ca lti Dharma juga dapat diwujudkan.
Ketua KNPI I Nyoman Celos, SE mengatakan, Sumpah Pemuda sebagai tonggak sejarah kebangkitan pemuda selayaknya senantiasa bergema disetiap sanubari pemuda, bahwa keberadaan bangsa Indonesia tidak terpisahkan dari Kebinekaan, Pancasila, UUD 45 dan NKRI. Untuk itu untuk menghidupkan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme itu, KNPI senantiasa perlu menggetarkannya lagi melalui berbagai kegiatan demi ajegnya eksistensi negara pancasila sepanjang zaman. Acara tersebut didahului dengan penandatangan pesan perdamainan oleh Para peserta dan diakhiri dengan dialog yang dipandu Ketua Sabha Yowana Karangasem,I Putu Arnawa. (Karta Widnyana'07)
Thursday, October 18, 2007
Ide atau Gagasan
Thursday, October 4, 2007
Secercah Nurani Sekelumit Kata Hati
Dikutif Karta Widnyana Dari Dr.
Hindu sepanjang sejarah
Dunia saat ini sedang berharap kepada sebuah abad baru, dimana tahun 2000 hampir tiba (meski ada sedikit keriuhan dan prediksi bencana akan kedatangannya!). Sebagai sebuah budaya modern yang didominasi oleh peradaban Barat, dengan agama Kristen sebagai basis, ia berharap abad baru memberi penegasan bagi kemanusiaan. Inilah kemanusiaan yang sepanjang sejarah tidak pernah ditegaskan oleh orang-orang Kristen.
Bagaimanapun, abad baru bukanlah hal yang baru bagi Hindu, baginya saat ini adalah milenium keenam dari Jaman Kali, terlebih jika mengenal abad yang lebih lama ataupun Yuga sebelumnya. Tradisi Hindu telah melintas ribuan tahun, kembali kepada peradabannya yang asli sebagaimana kita kenal puluhan ribu tahun yang lalu di akhir abad es yang terakhir. Dari permulaan peradaban
Sepanjang waktu Hindu telah menyaksikan banyak peradaban yang datang dan pergi. Hindu menyaksikan kejatuhan Mesir,
Tradisi Hindu tidak didasarkan kepada penyingkapan sejarah secara khusus yang akan mengikat kepada sebuah era ataupun menyebabkannya berharap akan sebuah akhir atau akhir dunia. Tradisi Hindu menerima adanya perbedaan jaman (Yuga) bagi kemanusiaan dan perbedaan kemanusiaan, yang mana putaran terakhir dari peradaban kita hanyalah satu. Hindu Dharma melihat sejarah merujuk kepada putaran alam, dengan kebangkitan dan kejatuhan budaya bagaikan datang dan pergi tumbuhan dan hewan sepanjang musim dalam sebuah tahun. Hindu memposisikan dirinya diatas waktu pada sebuah keabadian, berharap untuk menghubungkan kemanusiaan yang akan melampaui waktu.
Tradisi Hindu tidaklah didasarkan kepada beberapa juru selamat atau nabi ataupun juga tokoh historis. Ia mengakui banyak orang bijaksana maharasi, yang dikenal dan juga tidak dikenal, baik dari dalam tradisinya ataupun yang bukan. Tradisi Hindu menerima banyak guru-guru agung di masa lalu, masa kini, dan di masa depan. Ia tidak memilih orang-orang melainkan menyambut semua mahluk hidup, bukan hanya manusia tetapi juga tumbuhan dan hewan. Tradisinya tidak hanya sebuah tradisi bumi tetapi juga menjadikan semua dunia, termasuk dunia mahluk halus yang melampaui tubuh.
Hindu menegaskan dirinya sebagai Sanatana Dharma, Dharma yang abadi atau universal. Dharma berarti hukum universal, prinsip dasar di balik alam semesta yang mengagumkan ini seperti hukum karma. Sanatana berarti keabadiaan, merujuk kepada kebenaran abadi yang bermanifestasi dalam nama dan bentuknya yang baru. Hindu adalah agama yang tertua di dunia karena ia berdasar kepada asal muasal keabadian dari sebuah kreasi. Tetapi ia juga agama yang paling baru di dunia karena ia selalu menyesuaikan nama dan bentuknya di setiap generasi dan mencari guru-guru yang hidup, bukan kepada buku-buku tua, sebagai sumbernya yang terakhir.
Karena latar belakang inilah, Hindu melihat milenium baru dengan cara yang berbeda dari orang kebanyakan. Orang Kristen melihat milenium baru sebagai perjalanan menuju akhir dunia yang memerlukan sebuah penyelamatan untuk sebuah kepercayaan yang selalu mereka ucapkan, atau menandakan sebuah era baru untuk menyebarkan agama mereka lebih jauh di seluruh dunia melalui pembaharuan usaha-usaha penyebaran dan misionaris. Sebagian orang lainnya mendefinisikan milenium baru sebagai penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan membawa kita kepada era baru keajaiban teknologi dan perjalanan angkasa.
Dari pandangan Hindu tak ada agama yang memiliki waktu dan tak ada pengungkapan yang menjelaskan sejarah. Setiap orang dan setiap budaya memiliki waktunya sendiri atau durasi, yang seharusnya digunakan untuk menemukan dirinya sendiri dan mengenal dirinya sendiri. Kebijaksanaan Hindu melihat era baru bagi kemanusiaan yang bangkit hari ini melalui ilmu pengetahuan dan globalisme akan tetapi awal yang suram dari sebuah abad yang besar dari sebuah kesadaran dan spiritualitas menyebabkannya hingga kini hanya menyentuh cakrawala kita. Mereka tidak melihat era baru ini sebagai tahun 2000 melainkan melalui beberapa dekade yang lalu dan untuk banyak dekade lagi yang akan datang. Revolusi industri memberi jalan kepada revolusi informasi tetapi revolusi informasi harus memberi jalan kepada sebuah abad kesadaran yang adalah tujuan utama dari semua perjuangan umat manusia. Kemanusiaan masih merupakan transisi antara era materialisme dan spiritualitas dan waktu yang menentukan hingga kini belum dibuat. Abad mendatang adalah batas yang membawa krisis-krisis ekologi dan budaya dan akan memaksa kita untuk pindah kepada arah kesadaran. Semua ini tidak hanya membawa penemuan baru yang besar dan pemecahan yang kita lakukan dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga penderitaan dan perhitungan karma karena ketidakdewasaan dan sikap sombong yang kita tunjukkan kepada lingkungan.
Kebangkitan kembali Agama Hindu dan Hindu Global
Hindu Dharma telah mangalami kebangkitan secara luar biasa dalam abad modern ini. Kurang dari dua ratus tahun yang lalu Hindu tampak seperti di ambang keruntuhannya. Ia terkena inersia dan dikepung oleh tekanan misionaris dan kaum kolonial Islam dan Kristen yang menguasai
Hasilnya ialah di abad sembilan belas kebangkitan kembali Hindu modern dimulai dari banyak pandangan. Swami Dayananda Sarasvati dari Arya Samaj menyerukan panggilan untuk kembali kepada Weda. Swami Vivekananda selanjutnya membawa sebuah kembangkitan baru Hindu bagi Yoga dan Vedanta. Banyak para pemimpin lainnya yang bangkit di seluruh negeri mengikuti pandangan serupa.
Kebangkitan Hindu tidak hanya terbatas di
Abad keduapuluh ditandai
Hindu di bawah kepungan
Kini meski dalam kebangkitannya, Hindu sebagai agama yang spesifik tidak sepenuhnya berjalan baik di abad keduapuluh. Ia masih di bawah kepungan oleh kaum kolonial dan tekanan-tekanan misionaris yang tetap aktif meskipun setelah era kolonialisme oleh negara-negara Kristen berakhir. Di atas semuanya, pemikiran kaum Kiri baru dan Komunis bangkit menyerang lebih jauh dengan bersekutu dengan sisa-sisa kekuatan kolonial dan Islam. Banyak negara-negara Timur seperti
Di waktu yang bersamaan, latar belakang Hindu mereka dipinggirkan oleh pergerakan global yang sedang tumbuh. Kaum Hindu di barat-yang berkelompok lebih menyukai nama Yoga, Wedanta atau nama guru mereka secara khusus ataupun sekte yang kadang-kadang gagal sama sekali untuk mengenal hubungan Hindu mereka. Ini karena siswa-siswi Yoga di barat terkena propaganda anti-Hindu dimana mereka tidak ingin dihubungkan dengan sebuah agama terbelakang, betapapun keagungan ajaran spiritual yang mereka temukan di dalamnya!
Hasilnya adalah, meski ajaran-ajaran Hindu telah menyebar dan sebuah negara India modern, masyarakat dunia masih melihat agama Hindu sesuatu yang primitif dan menindas. Beberapa ilmuwan enggan mengenal Hindu sebagai agama dunia, melihatnya sebagai kumpulan variasi sistem pemujaan yang tidak terorganisir. Teori invasi kaum Arya digunakan untuk menegaskan bahwa India tidak mempunyai budaya asli melainkan budaya gado-gado/campur aduk dari banyak penyerbu, dengan kaum Hindu asli adalah bangsa Dravida bangsa pra Weda, sebuah kelompok yang sangat berbeda dari kebijaksanaan Weda yang mana bangsa ini selalu harapkan bagi keaslian tradisi-tradisi nya.
Hindu bangkit kembali
Situasi ini mulai berubah secara dramatis selama beberapa tahun yang lalu. Kaum Hindu akhirnya bangkit untuk menghadapi penyimpangan-penyimpangan tentang agama mereka. Mereka mulai menegaskan hak-hak mereka dan menuntut sebuah penjelasan yang lebih layak tentang tradisi mereka dalam forum dunia. Banyak gerakan politik pro Hindu di India telah mendapat kekuatan baik dalam level negara dan nasional, dan tanpa agenda penyingkiran kaum minoritas, sebagaimana dituduhakn oleh lawan-lawan mereka, bahwa mereka bermaksud melakukannya. Beberapa kelompok-kelompok Hindu secara luas bertanggungjawab terhadap liberalisasi ekonomi negeri ini, sebagai lawan dari kebijakan ekonomi sosialis yang diadopsi Nehru di masa
Kaum Hindu, baik di
Kelompok-kelompok Hindu menantang kesalahan-kesalahan media baik di
dan di Barat dan berhasil; contohnya, protes penggunaan sloka Bhagavad Gita dalam adegan erotis di film Barat atau aroma daging sapi yang dikenal sebagai kentang goreng vegetarian McDonalds. Sementara isu-isu itu mungkin kelihatan minor, adalah menarik untuk mengetahui bagaimana media-media dunia akan merespon tantangan-tantangan itu dan sekarang mempertimbangkan pentingnya untuk tidak menyakiti kaum Hindu karenanya. Protes-protes tersebut telah membbantuk menghadapi pelanggaran moral kaum Barat yang akan mereka tancapkan pada Hindu, hal ini seringkali karena cara pandang mereka yang salah terhadap agama. Dalam waktu singkat, masyarakat sadar tentang Hindu sebagai sebuah agama dan harus mengakui kelompok aktivis Hindu yang tak akan lagi memberi toleransi terhadap pencemaran yang telah terjadi berabad-abad ataupun stereotipe modern.
Gerakan Ayodya di India, usaha memulihkan Pura Rama atau Ramajanma Bhumi alias Babri Masjid - apapun yang orang-orang pikirkan tentang hal ini - mengantarkan kebangkitan kaum Hindu terhadap sejarah penindasan oleh kelompok-kelompok luar. Ia membawa semacam sebuah pengujian baru tentang Hindu dan apa arti menjadi seorang Hindu. sementara istilah Hindu telah sejak lama menjadi istilah yang merendahkan, ia kini seakan ditemukan kembali sebagai sebuah kebanggaan (Hindu gaurava).
Banyak hal telah dilakukan di media-media Barat tentang kaum Hindu yang menentang kegiatan-kegiatan misionaris Kristen di India, dengan tuduhan adanya kekerasan dari kaum Hindu melawan kaum misionaris (meski kebanyakan laporan-laporan ini salah ataupun terlalu dibesar-besarkan). Namun, dengan mengesampingkan beberapa ekses itu, ini menunjukkan bahwa kaum Hindu semakin percaya diri dengan keyakinannya daripada beberapa dekade sebelumnya ketika pemeluk Hindu saleh merasakan kebutuhan untuk mengundang misionaris ke India seakan-akan para missionaris itu saja yang dapat menyelamatkan bangsa India. Misionaris di India tak akan lama lagi memiliki kekuasaan dan harus menghadapi tantangan-tantangan dari kaum Hindu atas usaha-usaha konversi (pengalihan agama) yang mereka lakukan. Hal ini mengganggu mereka karena di masala lau tantangan-tantangan semacam itu tidak ada dari kaum Hindu. Di India, kelompok-kelompok Kristen masih mempunyai kebebasan untuk melaksankan kegiatannya yang tak akan mereka temukan di dekat negara-negara Islam atau Komunis.
Era Baru bagi Spiritualitas dan Kesadaran Diri
Apapun kalender khusus yang kita pakai, kemanusiaan sedang mengalami sebuah perubahan peradaban yang besar selama periode ini. Kita keluar dari abad industri menuju abad kemajuan teknologi. Kita berpindah dari budaya nasionalis menuju sebuah budaya internasional. Meski peradaban Barat kekuatan luar yang dominan di dunia, kita harus mengakui kelompok budaya lain dimana Hindu-predominan
Permasalahannya adalah budaya global ini masih didefinisikan menurut nilai-nilai materialistis lama yang sama ataupun dogma keagamaan dari Abad Pertengahan. Hal ini telah menciptakan sebuah budaya komersial moderen yang penuh sensasi, di satu sisi, dan dana yang sangat besar untuk usaha-usaha konversi (agama) di sisi yang lain, terutama melalui petrodolar (uang minyak dari Timur Tengah). Ketika agama Kristen telah mengalami kemunduran di Barat, semakin ia menjadi lebih keras dalam usaha-usaha melakukan konversi (agama) di dunia non Kristen, khususnya
Bagaimanapun, kekuatan-kekutan yang lebih lama dan lebih besar mulai muncul daripada kecenderungan budaya sekarang ini. Kerusakan biosfer dan penebangan hutan pada akhirnya memaksa kita memasuki sebuah abad pertanggungjawaban terhadap lingkungan. Hal ini melahirkan filsafat lingkungan baru, mengakui nilai spiritual dari kerajaan hewan. Hindu Dharma kini dikenal karena keutamaan sebagai sebuah agama alam. Ia menghargai Keagungan Tuhan dimanapun di dunia sekeliling kita. Hindu menemukan tempat-tempat suci di setiap pegunungan atau dimanapun aliran sungai-sungai bertemu. Ia menghargai Bumi sebagai penjelmaan Ibu yang Suci. Sebuah agama yang memeluk alam sebagai bagian dari diri kita adalah penting untuk keselamatan planet ini di tahun-tahun mendatang.
Pertemuaan global antara agama-agama menyebabkan masyarakat mengenal bahwa agama-agama yang berbeda memiliki kebenarannya sendiri dan tak ada satu agamapun, tak satu ras pun, dapat mengklaim kebenaran atau keselamatan adalah miliknya. Kepercayaan-kepercayaan eksklusif pada Abad Pertengahan saat ini jatuh di bawah penelitian yang cermat oleh sebuah alasan global bahwa ia harus menghargai semua aspirasi-aspirasi kemanusiaan dan tidak lagi dapat membatasi dirinya kepada kepercayaan-kepercayaan dari satu komunitas.
Kemunculan abad planet menyediakan skenario yang sangat berbeda dan jauh yang jauh lebih baik bagi Hindu, yang di dalamnya agama Hindu sudah pasti akan menyebar lebih jauh lagi. Hindu adalah tradisi agama pluralitisk terbesar di dunia. Ia berlandaskan pandangan bahwa hanya ada Satu Kebenaran Mutlak tapi banyak jalan. Ia tidak berdasar kepada seorang penyelamat, gereja ataupun kitab suci. Kemungkinan ada lebih banyak agama di dalam Hindu daripada di luarnya. Dalam pelukannya yang luas dapat ditemukan monoteisme, polyteisme, dualisme, monisme, panteisme, dan bahkan ateisme. Pura-Pura Hindu, mengakomodasi banyak nama dan wujud-wujud Tuhan, banyak kitab dan banyak kebijaksanaan-kebijaksanaan agung yang bersal dari masa lalu dan juga modern. Abad planet ini juga sebuah abad pluralistik/keberagaman dan harus belajar hidup dengan agama-agama di seluruh dunia seperti yang telah dilakukan oleh Hndu terhadap agama-agama dari Bharatavarsha.
Abad mendatang adalah abad spritualitas dan kesadaran diri, bukan sekedar agama formal yang menghamba kepada Tuhan atau nabi. Abad ini juga adalah sebuah budaya spiritual seperti yang kita lihat dalam Hindu Dharma yang memeluk semua kehidupan dan alam. Abad planet mendatang bukanlah milik agama-agama yang mengejar konversi, yang membagi kemanusiaan menjadi yang percaya (beriman) dan yang tidak percaya (kafir), melainkan milik spiritualitas dari kesadaran sebagaimana dijelaskan dalam tradisi yoga, dan dicari oleh kaum mistik besar di semua tempat, yang menggabungkan kemanusiaan ke dalam sebuah keluarga besar bersama dengan seluruh alam semesta.
Kaum Hindu menyambut sebuah era baru kesadaran diri dan kesadaran Tuhan melebihi batas-batas dogma dan institusi, menghargai semua individu, semua budaya dan semua aspirasi spiritual. Mari kita menghargai Sang Diri yang ada dalam semua mahluk tanpa menghiraukan status keagamaan, etnis ataupun budaya. Hal ini bukan hanya menuntun kita menuju milenium baru yang sesungguhnya tetapi juga membawa kita melampaui waktu dan karma bersama-sama, sebagai tujuan utama dari perjuangan abadi kita.
(Diterjemahkan dari “Hinduism and the Clash of Civilization”, oleh Tude/AAG Putra Partanta)
oleh Dr. David Frawley
Dikutif HiYoGa ; Nyoman Karta Widnyana(Karangasem,
HINDU SEBAGAI AGAMA DUNIA
Tak Terlepas Dari Peran Pemuda
Agama Hindu akan menjadi agama dunia yang dominan pada abad 21 ini. Agama Hindu sedang berkembang menjadi agama universal yang sesungguhnya dan menjadi rumah bagi semua religiusitas yang murni. Penyebaran agama Hindu terutama tidaklah melalui para guru (spiritual) dan swami tapi melalui para intelektual dan penulis. Demikian dikatakan oleh Klaus K. Klostermaier, dalam bukunya A Survey Of Hinduism diterbitkan oleh State University of New York Press, 1989). Klaus K. Kostermaier, profesor dan kepala 'Department of Religion' di Universitas Manitoba, AS, tinggal selama 10 tahun di India untuk melakukan penelitian lapangan. Buku setebal 649 halaman termasuk catatan kaki, chronologi atas berbagai peristiwa penting dalam agama Hindu dan indeks, menyediakan informasi yang cukup lengkap tentang agama Hindu. Berikut tulisan yang diambil dari dua halaman terakhir dari buku tersebut.
Menurut Klostermaier, posisi dan dominasi agama Hindu pada abad 21 tidak bisa dilepaskan dari peran para pembaharu Hindu (Hindu Reformers) antara lain, untuk menyebut berapa nama saja :
Ram Mohan Roy, pendiri Brahmo Samaj (Masyarakat Tuhan), yang berhasil melakukan kampanye penghapusan 'sati'di
Dayananda Saraswati, pendiri Arya Samaj (Masyarakat Arya) suatu gerakan untuk memurnikan agama Hindu dengan kembali ke Weda,
Wiwekananda, pendiri Ramakrishna Mission, yang membawa agama Hindu ke Barat (Amerika Serikat),
MK. Gandhi, yang menjadi nabi bagi perjuangan tanpa kekerasan (ahimsa dan satyagraha) yang memberi insipirasi bagi pejuang pergerakan pembebasan di berbagai belahan dunia, seperti Martin Luther King Jr di Amerika Serikat dan Nelson Mandela di Afrika Selatan, serta perjuangannya untuk menghapuskan (diskriminasi terhadap) kaum Chandala yang disebutnya sebagai kaum Harijan atau anak-anak Tuhan;
Rabindranath Tagore, sastrawan Hindu terkemuka, yang melalui karya-karya sastra menyebar luaskan ajaran Upanishad, dan esei-esei sosial religusnya melakukan kritik terhadap praktek yang keliru serta mengangkat nilai universal Hindu.
Sarvepalli Radhakrishnan, filsuf Hindu terbesar abad 20 sampai ...
Sri Satya Sai Baba yang memiliki pengikut tidak saja dari orang-orang Hindu tetapi juga dari agama lain.
Lalu apa sumbangan orang-orang Hindu di Indonesia, khususnya kaum mudanya - bagi kemajuan Hindu? Apakah kita orang-orang Hindu di Indonesia akan dapat memberikan sumbangan positif atau hanya menjadi beban bagi kemajuan Hindu???
Ngakan Putu Putra - HDNet
© Yayasan Bali Galang 2000 - 2003. All rights reserved.
Dikutip oleh HiYoGa (Hindu For Young Generation) ;N. Karta Widnyana
Friday, September 21, 2007
Renungan Untuk Generasi Hindu
KONSEP PEMBEBASAN DALAM HINDU
Posted by Balipost on 2006-08-09
DALAM berbagai sastra suci Hindu, sudah diprediksi berbagai ciri-ciri baik dan buruknya keadaan setiap zaman. Dari zaman Kerta, Treta, Dwapara maupun zaman Kali. Misalnya ciri-ciri zaman Kali Yuga seperti sekarang ini. Apa yang terjadi dewasa ini sudah dinyatakan dengan sangat jelas dalam sastra suci Hindu ribuan tahun yang lalu.
Bagaimana cara mengatasi ciri negatif setiap zaman, juga sudah diajarkan dalam berbagai sastra suci Hindu. Kalau benar-benar kita paham dengan cara mengatasi keadaan setiap zaman itu, maka manusia pun akan selalu dapat memperkecil akibat buruk dari keadaan negatif setiap zaman. Misalnya keadaan zaman Kali dalam Manawa Dharmasastra dinyatakan bahwa Dharma hanya berkaki satu sedang Adharma berkaki tiga. Ini artinya suara ketidakbenaran jauh lebih kuat dari pada suara kebenaran (dharma).
Dalam kekawin Nitisastra juga sudah dikatakan bahwa yang paling diutamakan pada zaman Kali adalah kekayaan. Dalam kekawin dinyatakan srbgai berikut: Singgihyan tekaning yugaanta kali tan hana lewiha saking mahadhana. Artinya: Sunguh kalau zaman Kali datang tidak ada yang lebih utama dari kekayaan (harta benda). Karena itu zaman Kali ini benar-benar nyata, uanglah yang paling berkuasa.
Karena itu, dewasa ini uanglah yang menjadi ajang perebutan sesama manusia. Orang pun rela mengorbankan kehormatan dan harga dirinya demi uang. Selanjutnya dinyatakan pula dalam kekawin Nitisastra bahwa orang berilmu, para pemimpin, orang suci, orang kuat pengaruhnya semuanya mengabdi kepada orang kaya. Dalam kekawin Nitisastra dinyatakan sbb: Tan waktan guna suura Pandita Widagda pada mengayap ring dhaneswara. Artinya: sungguh sulit diungkapkan, para ilmuwan, para pemimpin, orang suci, orang kuat, semuanya menjadi abdi orang kaya.
Dalam sastra lainnya juga diungkapkan bahwa para penguasa tidak lagi berderma kepada mereka yang miskin malahan disuap oleh orang yang kaya. Pengusaha (Waisya) tidak lagi menghormati penguasa, karena memang sudah tidak pantas lagi untuk dihormati. Para Brahmana enggan mentaati ajaran kitab suci. Orang saling meninggi-ninggikan dirinya. Karena pengaruh zaman Kali manusia menjadi kegila-gilaan, suka berkelahi berebut kedudukan. Orang saling bermusuhan dengan saudaranya sendiri dan mencari perlindungan pada musuh. Demikian antara lain ciri-ciri negatifnya zaman Kali.
Di Bali pun ada beberapa sumber lontar yang menjelaskan keadaan zaman Kali yang sangat mirip dengan bunyi sastra suci tersebut. Misalnya Lontar Sangara Bumi, Yoga Sengara, Kali Yuga dam lainnya. Yang patut direnungkan bagaimana manusia mencari pembebasan dirinya dari pengaruh negatif zaman Kali itu untuk dapat hidup bahagia. Pertama-tama yang patut dilakukan adalah memahami keadaan zaman Kali yang memang seperti itu adanya.
Kita tidak perlu tegang apa lagi stres menghadap keadaan zaman Kali seperti itu. Janganlah kita ingin melihat zaman Kerta pada zaman Kali. Jangankan zaman Kerta, keadaan zaman Treta dan Dwaparapun tidak mungkin kita jumpai pada zaman Kali.
Demikian juga jangan bermimpi keadaan di dunia fana ini seperti keadaan di sorga sebagaimana diuraikan dalam berbagai kitab Sastra Agama. Dengan cara berpikir seperti itu kita akan lebih tenang menghadapi zaman Kali. Dari ketenangan itu, kadar kecerdasan dan kadar spiritualitas akan lebih aktif menghasilkan gagasan-gagasan yang benar-benar bijak untuk mengatasi setiap persoalan yang muncul di zaman Kali ini. Selanjutnya untuk membebaskan diri kita dari pengaruh negatif zaman Kali hendaknya kita taati apa yang diajarkan oleh kitab suci. Sudah dinyatakan dalam kitab Manawa Dharmasastra bahwa cara beragama zaman Kali adlah dengan cara lebih menekankan pada dana punia.
Tentunya cara-cara yang lainnya seperti bertapa, melakukan upacara yadnya sebagai media untuk melakukan Jnyana, Karma dan Bhakti tidak boleh dilupakan. Cuma beda penekanannya saja. Melakukan dana punia itu tentunya harus dengan cerdas. Artinya ikutilah ajaran tentang melakukan dana punia sebagaimana diajarkan oleh kitab-kitab sastra suci. Misalnya dalam Bhagawad Gita XVII.20 yang menyatakan bahwa melakukan dana punia itu hendaknya berpedoman pada ajaran Desa, Kala dan Patra.
Desa artinya disesuaikan dengan tradisi setempat yang sudah berlaku baik dan diterima oleh masyarakat luas. Kala melakukan dana punia itu disesuaikan dengan waktunya. Umumnya dianjurkan ber-dana punia pada saat matahari Uttarayana. Ber-dana punia juga harus tepat kepada orang yang disebut Patra. Patra artinya orang yang patut mendapatkan dana punia. Bhagawad Gita menekankan bahwa yang patut dilakukan zaman Kali adalah berbhakti pada Tuhan dan melayani sesama (Pujanam Sewanam). Itulah yang patut dilakukan untuk mencapai pembebasan rohani pada zaman Kali.
Sumber: BaliPost
Dikutip Oleh ; Karta Vidnyana
Pesan !!!
Untuk Disadari Oleh Generasi Hindu
KEJAHATAN BISA MENANG HANYA BILA ORANG BAIK TIDAK BERTINDAK…!!
Posted by Bhagawan Dwija on 2005-12-07 [ print artikel ini | beritahu teman |
Bhagawadgita sloka 16.4 dan seterusnya menyatakan bahwa kejahatan adalah sifat dan prilaku yang bersumber dari pikiran bangga, sombong, tak peduli, amarah, kasar dan bodoh. Mereka tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mereka tidak mengetahui kebenaran, dan
secara sadar atau tidak sadar menghancurkan dunia karena berlindung pada hawa nafsu yang tidak dapat dipuaskan, terlena dalam rasa sombong dan kemashuran yang palsu, selalu bertekad melakukan pekerjaan yang tidak bersih, dan senantiasa tertarik pada hal-hal yang tidak kekal. Mereka percaya bahwa memuaskan indria-indria adalah kebutuhan utama peradaban manusia. Karena itu sampai akhir hidupnya kecemasan mereka tidak dapat diukur. Mereka diikat oleh jaringan beratus-ratus ribu keinginan dan terikat dalam hawa nafsu dan amarah.
Mereka mendapat uang untuk kepuasan indria-indria dengan cara yang melanggar hukum.etika bahkan Agama Semuanya itu menjatuhkan mereka kedalam neraka melalui tiga pintu gerbang utama yaitu : hawa nafsu, amarah, dan lobha.
Orang yang sudah bebas dari tiga gerbang neraka itu melakukan perbuatan yang menguntungkan untuk keinsyafan diri sehingga berangsur-angsur ia mencapai
tujuan utama yaitu moksah. Orang-orang ini mengerti apa yang menjadi kewajiban dan apa yang dilarang oleh kitab suci Veda. Dengan pengertian ini mereka yang disebut orang-orang baik tidak boleh diam atau tidak bertindak dikala menemukan orang-orang jahat atau suatu bentuk kejahatan. Ia harus berani menegakkan dharma karena itu berarti menyelamatkan semesta ciptaan Hyang Widhi dan dengan demikian ia dikasihi dan dibimbing menuju kebebasan.
Om Santih, santih, santih
Bhagawan Dwija
Dikutif Oleh HiYoGa
Karta Vidnyana
LEBIH MANIS DARI AMERTA
Posted by Darmayasa on 2006-05-17 [ print artikel ini | beritahu teman |
Salam kasih, Svastyastu,
Seekor keledai..., dengan tenang bergerak maju membawa barang-barang di punggungnya. Wajahnya sama sekali tanpa ekspresi. Datar...maju dengan tenang...dan tidak memperlihatkan rasa letih...
Begitu pula..., kita tanpa sadar membawa beban berat dalam hidup ...menganggap semua itu hal yang normal dan biasa... dan hal itu kita lakukan penjelmaan demi penjelmaan....dalam berbagai jenis badan...tanpa kita merasa bosannn..dan tidak merasa aneh...bekerja untuk yang kita tidak ketahui...maksud dan tujuannya...
Menurut Tulasi Das, selama kita masih hidup didalam khayalan MAYA, maka dunia ini akan terlihat sangaaaattt indah dan manis. Dan kita berpendapat bahwa bhakti kepada Tuhan YME sama sekali tidak ada artinya. Tidak menarik dan tidak ada gunanya. Walaupun sesungguhnya ia ribuan kali lebih nikmat dan lebih manis dari amerta (nectar).
Sepanjang kita bekerja hal-hal duniawi, tanpa mengerti apakah yang sedang kita lakukan, kerja keras apa yang sedang kita lakukan dengan berbagai pengorbanan dan kebanggaan, maka selama itu kita akan berada dalam seberang batas kemanisan spiritual.
Kapan kita berpaling dari hal-hal duniawi, saat itu kita akan mengerti akan KEBENARAN, dan kemanisan berada atau lelap di jalan bhakti. Karena ia telah mengerti apa yang benar dan apa yang tidak benar. Bagaikan seekor ular, ia hanya dapat melihat kalau ia rela melepaskan kulitnya yang sudah mati dan kering (bhs
Untuk mendapatkan intan permata, kita memang perlu mencoba mengerti nilai pecahan kaca dan segera meninggalkannya...manggalam astu...
(Darmayasa)
Dikutif Oleh HiYoGa
Karta Vidnyana
Renungan !!
DON'T BE AFRAID (JANGAN TAKUT!)
Posted by Vibhakarananda on 2006-03-10 [ print artikel ini | beritahu teman | Yato vaco nivartante aparapya mansa saha Anandam brahmano vidvan na vibheti kutashcana.
Sadhaka yang telah menyadari akan Brahma (yang tak terjangkau melalui kata-kata atau pikiran) sebagai perwujudan kebahagiaan (bliss) tak akan merasa takut
di alam semesta ini. Satu musuh terbesar manusia adalah rasa takut. Karena takut banyak sekali potensi manusia yang terbuang yang mengakibatkan lambannya jalan pertumbuhan karakter manusia. Padahal tidaklah sulit untuk mengalahkan rasa takut ini; seseorang hanya perlu memasrahkan diri kepada Brahma.
Ini bukanlah jalan yang terbaik, faktanya inilah satu-satunya jalan. Pertanyaannya sekarang, mengapa manusia perlu takut? Saat mereka, saat ini maupun yang akan datang, dihadapkan dengan suatu kekuatan duniawi
yang lebih besar dari mereka, maka mereka akan dikendalikan oleh instink rasa takut. Namun jika mereka menyadari bahwa daya Parama Purusa lebih besar
dari lawan-lawan mereka, maka mereka tak perlu takut, walaupun mungkin mereka lemah. Karena Parama Purusa berhubungan dengan setiap ciptaan-Nya. Dia-lah Sang Pencipta, dan entitas yang lain berasal dari-Nya. Dia berhubungan sangat intim layaknya sang ayah dan anak-anaknya. Jadi sangatlah alami bagi manusia untuk bergantung pada-Nya, dan Dia terikat untuk melindungi mereka dengan segala daya-Nya.
Hubungan personal antara Parama Purusa dengan ciptaan-Nya disebut dengan ‘Ota yoga’. Melalui ota yoga Parama Purusa berhubungan dengan semua mahluk, tak ada seorangpun yang sendirian, tak ada yang tak tertolong. Parama Purusa, yang menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang, yang telah tercipta dan yang belum tercipta, yang terjangkau maupun tak terjangkau oleh pikiran, adalah pengendali dan Bapak dari seluruh umat manusia. Dia berhubungan dengan mereka melalui ota yoga, dengan demikian tidak ada
perlunya untuk merasa takut akan kekuatan apapun. Lebih jauh, Ia juga berhubungan dengan seluruh ciptaan melalui prota-yoga atau asosiasi dengan segalanya, pada prota yoga ini, Ia memelihara keseimbangan yang baik antara kepentingan individual dan kepentingan kolektif; atau antara kebebasan individual dan kebebasan kolektif. Ia mengatur mereka yang melanggar kepentingan kolektif, atau meski hanya mencoba untuk melanggarnya. Ia memastikan tak ada mahluk yang sukses sebagai demon di dalam dunia ciptaan-Nya. Jika sang demon menjadi powerful, Dia akan meng-inkarnasikan diri-Nya dengan cara khusus sebagai cara untuk melindungi dunia dari para demon. Dikatakan di dalam Giita,
`Yada yadahi dharmasya glanirbhavati bharata, Cabhyuthanam adharmasya tadatmanam srjamyaham.'
Dikatakan di dalam Giita,
`Yada yadahi dharmasya glanirbhavati bharata, Cabhyuthanam adharmasya tadatmanam srjamyaham.'
Saat para demon di dunia bertambah jumlahnya, saat dharma runtuh dan kehilangan keagungannya (‘glani’ atau ‘distorsi’ berarti pemindahan sebuah objek dari tempat asalnya) dan adharma mengangangkat tinggi-tinggi muka buruknya (abhyutthana berati ‘saat di mana suatu objek diangkat lebih tinggi dari posisi
asalnya), Parama Purusa harus datang meng-inkarnasikan diri-Nya dengan cara khusus untuk memusnahkan para demon yang kuat itu. Demon-demon akan berjuang untuk menahan kekuatan beliau dengan segala daya-upaya, namun ketika the Lord menampakkan diri-Nya, Dia akan datang dengan kekuatan penuh (‘bhaga’)
Aeshvaryainca samgrainca viiryanca yashasah shiyah,
Jinana- vairagyainca sannam bhaga itiungana.'
‘Bhaga’ berarti seluruh kekuatan, yakni anima, laghima, mahima, antaryamitva dan seterusnya (artinya menjadi sangat kecil, sangat besar, sangat berat, maha tahu, dll.) Dengan kedatangan Karakter semacam ini, dunia akan terpolarisasi. Satu grup akan mendukung penuh dan membawa kebesaran nama-Nya, sedangkan grup yang lain akan dengan pahitnya melawan dan menjatuhkan nama-Nya. Salah satu kualitas-Nya adalah ‘Shrii’ yang berarti ‘charming’ – menarik. Orang-orang akan berduyun-duyun mendatangi-Nya secara sadar ataupun tidak. Kata ‘shrii’ adalah kombinasi dari dua konsonan; ‘sha’ dan ‘ra’. ‘sha’ adalah akar kata dari ‘energi’. Jadi ‘shra’ bararti ia yang dipenuhi dengan energi dan juga kemampuan untuk memanfaatkannya. Di dalam gender feminim ini menjadi ‘shrii’ melalui penambahan imbuhan feminim ‘iip’. Kualitas-Nya yang lain adalah pengetahuan dan renunsiasi. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang riil, yakni pengetahuan-diri, yang esensial di dalam memberikan kesejahteraan bagi dunia. Ia maha tahu, omniscient;
`Tatra niratishayam sarvajinabiijam'
dan kualitas berikutnya adalah Vaeragya (renunsiasi) –prefix ‘vi’ – ‘ranj’ + ghain. Vaeragya adalah kondisi di mana tidak ada warna yang mempengaruhi pikiran. Ia
yang tetap tak tergoyahkan oleh apapun diebut dengan 'aparamrsta'. Parama Purusa adalah entitas semacam ini. Ia yang memiliki semua kualitas yang disebut ‘Bhagavan’. Ketika para demon menyebarkan kebengisannya kepada
dunia dalam derajat yang tak tertahankan, dan orang biasa tak mampu menahan kekuatan para demon ini sendirian maupun bersama-sama, Parama Purusa tidak
punya pilihan lain kecuali untuk turun ke dunia untuk membantu mahluk-mahluk yang menderita dan membuat semua perencanaan dan pekerjaan yang diperlukan untuk membawa kesejahteraan.
`Tadatmanam srjamyaham' - `maka Aku harus turun ke muka bumi'. Untuk inilah mengapa manusia tiak perlu takut akan kekuatan apapun dalam situasi apapun.
`Tamiishvaranam paramam maheshvaram tvam devatanam
paramainca daevatam, Patim patiinam paramam parastad
vidama devam bhuvaneshamiidyam.'
`Tamiishvaranam paramam maheshvaram tvam devatanam
paramainca daevatam, Patim patiinam paramam parastad
vidama devam bhuvaneshamiidyam.'
`Iishvara' berarti ‘pengendali’, pengendali semuanya. Di alam semesta, setiap objek membutuhkan sebuah pengendali. Dikatakan di sini `Tamiishvaranam paramam maheshvaram.' Di dalam banyak segi kehidupan terdapat beragam derajat pengendali. Pengendali dari semua itu adalah Maheshvara, pengendali dari semua pengendali. `Tvam devatanam paramainca daevatam'. Artinya barang siapa yang meminta perlindungan pada Parama Purusa, Pengendali Tertinggi, tak akan pernah merasa takut akan pengendali yang lain. Memang, tak ada alasan yang membuat orang untuk takut. Tak terhitung jumlahnya gelombang-gelombang yang tercipta dari Parama Purusa dan menggetarkan alam semesta, yang disebut ‘deva’. Manifestasi-manifestasi gelombang tersebut tidak lain dari ekspresi dari Entitas Singular: Maheshvara. Ia juga disebut Mahadeva karena Dia-lah sumber dari segala ‘deva’. `Patim patiinam'. Pati berarti pemilik. Di dunia ini ada pemilik yang besar dan ada yang kecil. Dalam bahasa
`Paramam parastad'.
Kalikata, November 11, 1978.
Di Kutif Oleh HiYoGa 2007
Karta Vidnyana
Tips HiYoGa !!
MATRAM UNTUK MEMASUKI RUMAH BARU
Posted by Bhagawan Dwija on 2006-04-03 [ print artikel ini | beritahu teman |]
1. Untuk mensucikan rumah dan "ngurip" rumah agar "dibersihkan" dari kekotoran (dalam arti niskala = tidak nyata), Gunakan Mantra pe-Gangga-an dari Veda Parikrama :
OM NAMASTE BHAGAWAN GANGGA
NAMASTE CITA LAMBHVAPI
SALILAM VIMALAM TOYAM
SVAMBHU TIRTHA BHAJANAM
OM SUBHIKSA HASTA HASTAYA
DOSA KILBISA NASANE
PAVITRA SUMAHA TIRTA
GANGGATHAPI MAHODADHIH
OM VAJRAPANI MAHA TIRTHA
PAPASOKA WINASANE
NADI PUSPALAYE NITYAM
NADI TIRTHA TAYA PRIYE
OM TIRTHA NADI TA KUMBHASCA
WARNA DEHA MAHATMANAM
MUNINAM MANGGALA STHAN CA
YE VAPI CA DIVAUKASAH
Artinya :
Hamba sujud kepada-Mu, Dewi Gangga
Hamba sujud pula pada air yang dingin
Riak air yang bebas dari kotoran
Tertampung dalam bejana Svayambhu (air Siva)
Air Tuhan yang memujurkan tangan
Engkaulah pelebur dosa dan kotoran
Engkaulah air suci yang utama
Gangga yang mengalir kelaut
Engkau (Siva) pemegang panah dan petir penguasa air
Melebur dosa dan penderitaan
Air yang menghidupi bunga-bunga
Sungai yang suci, dan tersayang
Sungai yang suci dan mulia
Warnamu mengesankan hati
Memberi kebahagian para pendeta
Dan Engkau penghuni angkasa.
2. Banten-banten itu hanya pelengkap saja. Yang penting anda mengucapkan mantra dengan sungguh-sungguh. Jadi ambil air (kalau bisa ambil air laut yang bersih), taruh di sebuah mangkuk, ucapkan mantra itu dengan memegang sebuah bunga gemitir atau bunga teratai, pakai dupa, dan setelah selesai mengucapkan mantra bunga ditaruh di mangkuk air, lalu percikkan air itu dengan seikat daun kusa (lalang) keseluruh rumah. Kenapa pakai air laut, karena air laut mengandung air Gangga (lihat mantram di atas). Mengapa pakai rumput kusa, karena rumput kusa adalah tanaman yang terpercik siva-amba (air Deva Siva).
Kenapa pakai bunga gemitir, karena bunga gemitir adalah kesenangan Deva Siva), kenapa pakai bunga teratai karena bunga itu tempat kedudukan Siva.
Om Santi, santi, santi,
Bhagawan Dwija.
Dikutif oleh ; Karta Vidnyana untuk Generasi Hindu
Bagi rekan-rekan Generasi Hindu Atau Kalangan Peduli Ajaran Universal Hindu yang memiliki Tips yang bisa diberikan keteman se-Umat ,se-Kepercayaan .Ikutan dong sumbang Ilmunya buat bagi-bagi siapa tahu hal tersebut sangat diperlukan dan bermanfaat bagi sesama .sesuai konsep kepercayaan Hindu ,menolong atau memberi solusi juga bagian dari Yadnya And juga sesuai konsep Tri Hita Karana terutama Pawongan..Nah saatnya menunjukkan Yadnya untuk kehidupan Skala Dan Niskala yang lebih Baik..Setuju Khan !!
Om Santi 3X
Salam Damai
HiYoGa
JANGAN MENJADI ORANG MISKIN
Posted by Darmayasa on 2006-07-23 [ print artikel ini | beritahu teman |
Salam kasih, Svastyastu,
Bercermin pada tayangan kejadian di masyarakat, ternyata kita perlu memberikan perhatian pada petunjuk leluhur kita tentang tidak “enak”-nya menjadi orang miskin.
Di dalam bahasa Sanskerta dan juga bahasa Kawi, sebutan untuk miskin adalah daridra. Walaupun katanya indah tetapi ternyata kata itu begitu pahit. Pahit bagi setiap yang melihat dan terutama pahit bagi yang membawanya, bagi yang mengalami daridra itu sendiri.
Oleh karena itulah Catur Purushartha memberikan penegasan kita perlu berusaha mengumpulkan harta. Dari kepentingan itulah selanjutnya kata tujuan akhirnya juga ditunjukkan dengan kata artha itu sendiri. Kata artha berarti harta/uang dan juga berarti tujuan.
Ajaran Hindu tidak menganjurkan orang menjadi atau mengarah ke loba melainkan diajarkan hidup praktis, bahwa kita memang memerlukan uang. Tetapi, pencarian uang seharusnya tidak sampai membuat “cacat” mental-karakter seseorang. Mengingat kepentingan akan harta, akhirnya orang memang menjadikannya sebagai TUJUAN hidup, lalu memperolehnya melalui berbagai cara, cara apa pun. Bahkan di banyak tempat, ternyata kesempatan terbuka lebar untuk kita ambil bagian aktif dalam “pesta pora” pencarian artha tersebut.
Pada awalnya, orang mungkin gugup tanda kutip, malu tapi mau, tetapi, lama kelamaan…, ia akan menjadi terbiasa, sampai akhirnya, tanpa “pesta pora” tersebut, tanpa tanda tangan dan amplop tersebut, akhirnya ia “tidak akan bisa tidur nyenyak”. Ia tidak akan bisa melewatkan hidupnya tanpa harus memasuki permainan tersebut, yang telah mentradisi dan menjadi bagian dari “tujuan hidup”nya.
Nah demi tidak membiarkan diri terhanyut dalam permainan “tanda tangan amplop” tersebut, barangkali kita perlu bercermin dari “centilan” leluhur berikut:
Ika tang daridra, yadyapin prajna tuwi, (tersebut seorang miskin, walaupun ia bijak terpelajar..), tan hinidep juga ikang senujarakenya (maka orang-orang tidak akan pernah bersedia mendengarkan kata-kata/nasihatnya, orang-orang tidak akan “mengerti” apa-apa yang ia sampaikan).
Kami sempat melihat kejadian seorang anak mahasiswa sangat cerdas dan baik. Suatu kali ia mengacungkan tangan dalam suatu rapat/diskusi. Ternyata, ia hanya mengacungkan tangan berkali-kali sampai akhirnya rapat/diskusi ditutup. Ya…, ia mahasiswa miskin. Kasihan …, tidak ada yang bersedia mendengar ia berbicara.
Lebih lanjut disebutkan, yadyapi mangene kaladesha tuwi (walaupun apa-apa yang ia sampaikan sangat sesuai dengan waktu/keadaan dan sesuai pula dengan tempat/tradisi setempat), tetap saja karena ia seorang miskin, tidak ada seorang pun yang bersedia mendengarkannya. Bahkan juga, walupun apa-apa yang ia katakan merupakan kata-kata bijaksana yang memberikan kesejahteraan bagi pendengarnya, (shabda hitawasana tuwi), ternyata orang-orang tidak bersedia mendengarkannya. Alasannya? Orangnya miskin alias daridra.
Begitulah, ajaran Hindu tidak mendukung kemiskinan. Untuk itu, kata artha atau harta/uang, diberikan penekanan sebagai tujuan hidup, dengan didasarkan pada jalan dharma. Umat Hindu dituntun oleh sastranya untuk mencari atau mengumpulkan harta benda/uang dengan mendasarkannya pada jalan kebenaran, kejujuran, jalan yang diberkahi Hyang Parama Kawi. Indah memang, tetapi keadaan dan kesempatan sering membuat orang “tidak bersedia” mengenal jalan indah tersebut.
Pesan adalah: JANGAN MENJADI ORANG MISKIN, SEBAB IA MENJIJIKKAN ORANG SEKITAR....KENTEN KOCAP....
Semoga semua berbahagia...
(Darmayasa)
www.darmayasa-divine-love.com
Dikutif HiYoGa
Karta Vidnyana 07
Berapa Umat Hindu Sedunia ??
Kita bukan sendirian menganut Agama tertua didunia ini ,Lihat aja data populasi Hindu skala Dunia..wuihh kita harusnya bangga terutama generasi karena ternyata dimana-mana ada penganut Hindu ,kapan yang kita bertemu dan saling berdialog dengan saudara-saudara kita diseluruh penjuru dunia itu..? Nah ini persoalannya.Jika kita ingin membuka link mengetahui lebih jauh terhadap dunia-dunia mereka setidaknya kita harus bisa komunikasi kan ?? Mmm…Padahal perkembangan IT memungkinkan untuk kita menyempitkan jarak dan waktu ,jika komunitas lain sudah bisa melakukannya, Gnerasi Muda Hindu harusnya juga tidak tinggal diam..Nah tau kan maksudnya ,disaku ada HP bahkan mungkin SmartPhone ,dipinggir jalan mulai marak Internet CafĂ©, orang-orang pada berlomba membikin dan membuka situs so..sesekali luangkan waktu dong untuk browsing kesaudara-saudara atau organisasi-organisasi mereka ,siapa tahu mereka tahu lebih banyak dari apa yang selama ini kita pahami…Tuhan juga pasti bangga dengan umatnya yang ingin tahu lebih banyak tentang isi dunia ini jadi tidaklah Beliau sia-sia menciptakan manusia lengkap dengan akal,logika dan pemahaman selain juga tentunya beliau menciptakan rasa penasaran…Mmm kadang saya sok tahu juga.tapi saya yakin saya tidak lebih pintar dari generasigenerasi muda hindu lainnya, karenanya kami harap kerelaannya untuk unjuk saran,mengkritik, memberi nasehat dan saling mengisi...salam Damai HiYoGa
Hinduism by country
From Wikipedia, the free encyclopedia
The percentage of Hindu population of each country was taken from the US State Department's International Religious Freedom Report 2004.[1] Other sources used were CIA Factbook[2] and adherents.com.[3] The total population of each country was taken from census.gov[4] (2005 estimates).
|
By country
Of the total Hindu population of the world, approx. 900 million of them live in India. Significant numbers of Hindus reside in Bali, Bangladesh, Bhutan, Fiji, Guyana, Nepal, Mauritius, Suriname, Singapore, Sri Lanka and Trinidad and Tobago. In Nepal and Bali, Hinduism is the major religion, and is still reflected in the traditional culture and architecture. There are also sizeable Hindu populations in Sri Lanka (1.42 million),[1] Pakistan (2 million),[2] Malaysia (1.5 million),[3] United States (766,000),[4] South Africa (654,714),[5] the Middle East (1.4 million)[6] and the United Kingdom (558,342).[7]
Hinduism by country | ||||
Region | Country | Total Population (2005 est) | % of Hindus | Hindu total |
29,928,987 | 0.5% | 149,644 | ||
3,563,112 | n/a | n/a | ||
32,531,853 | n/a | n/a | ||
11,190,786 | n/a | n/a | ||
39,537,943 | n/a | n/a | ||
2,982,904 | n/a | n/a | ||
20,090,437 | 0.38% | 76,343 | ||
8,184,691 | 0.002% | 163 | ||
7,911,974 | n/a | n/a | ||
688,345 | 7.7% | 53,002 | ||
144,319,628 | 10% | 14,431,962 | ||
10,300,483 | n/a | n/a | ||
10,364,388 | n/a | n/a | ||
279,457 | 1% | 2,794 | ||
7,460,025 | n/a | n/a | ||
2,232,291 | 25% | 558,072 | ||
8,857,870 | n/a | n/a | ||
4,025,476 | n/a | n/a | ||
1,640,115 | 1% | 16,401 | ||
186,112,794 | 0.002% | 3,722 | ||
372,361 | n/a | n/a | ||
7,450,349 | n/a | n/a | ||
13,925,313 | n/a | n/a | ||
6,370,609 | n/a | n/a | ||
13,607,069 | 0.3% | 40,821 | ||
16,380,005 | n/a | n/a | ||
32,805,041 | 1% | 328,050 | ||
3,799,897 | n/a | n/a | ||
9,826,419 | n/a | n/a | ||
15,980,912 | n/a | n/a | ||
1,306,313,812 | 0.01% | 130,631 | ||
42,954,279 | n/a | n/a | ||
671,247 | 0.02% | 134 | ||
3,039,126 | n/a | n/a | ||
60,085,004 | n/a | n/a | ||
4,016,173 | n/a | n/a | ||
4,495,904 | n/a | n/a | ||
11,346,670 | n/a | n/a | ||
780,133 | n/a | n/a | ||
10,241,138 | n/a | n/a | ||
17,298,040 | n/a | n/a | ||
5,432,335 | 0.1% | 5,432 | ||
476,703 | n/a | n/a | ||
8,950,034 | n/a | n/a | ||
1,040,880 | n/a | n/a | ||
13,363,593 | n/a | n/a | ||
77,505,756 | n/a | n/a | ||
6,704,932 | n/a | n/a | ||
4,561,599 | n/a | n/a | ||
1,332,893 | n/a | n/a | ||
73,053,286 | n/a | n/a | ||
893,354 | 33% | 294,806 | ||
5,223,442 | n/a | n/a | ||
60,656,178 | 0.2% | 121,312 | ||
1,389,201 | n/a | n/a | ||
1,593,256 | n/a | n/a | ||
4,677,401 | n/a | n/a | ||
82,431,390 | 0.1% | 82,431 | ||
21,029,853 | n/a | n/a | ||
10,668,354 | n/a | n/a | ||
89,502 | 2% | 1,790 | ||
14,655,189 | n/a | n/a | ||
9,467,866 | n/a | n/a | ||
1,416,027 | n/a | n/a | ||
765,283 | 35% | 267,849 | ||
8,121,622 | n/a | n/a | ||
6,975,204 | n/a | n/a | ||
10,006,835 | n/a | n/a | ||
296,737 | n/a | n/a | ||
1,080,264,388 | 82% | 885,816,798 | ||
241,973,879 | 1.81% | 4,379,727 | ||
68,017,860 | 0.1% | 68,017 | ||
26,074,906 | n/a | n/a | ||
4,015,676 | n/a | n/a | ||
6,276,883 | n/a | n/a | ||
58,103,033 | n/a | n/a | ||
2,731,832 | 1.2% | 32,781 | ||
127,417,244 | n/a | n/a | ||
5,759,732 | n/a | n/a | ||
15,185,844 | n/a | n/a | ||
33,829,590 | 1% | 338,295 | ||
22,912,177 | n/a | n/a | ||
48,422,644 | n/a | n/a | ||
2,335,648 | 2% | 46,712 | ||
5,146,281 | n/a | n/a | ||
6,217,141 | n/a | n/a | ||
2,290,237 | n/a | n/a | ||
3,826,018 | n/a | n/a | ||
1,867,035 | 0.1% | 1,867 | ||
3,482,211 | n/a | n/a | ||
5,765,563 | 0.1% | 5,765 | ||
3,596,617 | n/a | n/a | ||
468,571 | n/a | n/a | ||
2,045,262 | n/a | n/a | ||
18,040,341 | 0.1% | 18,040 | ||
12,158,924 | 0.2% | 24,317 | ||
23,953,136 | 6.3% | 1,509,047 | ||
349,106 | n/a | n/a | ||
12,291,529 | n/a | n/a | ||
3,086,859 | n/a | n/a | ||
1,230,602 | 50% | 615,301 | ||
106,202,903 | n/a | n/a | ||
4,455,421 | n/a | n/a | ||
2,791,272 | n/a | n/a | ||
32,725,847 | n/a | n/a | ||
19,406,703 | 0.2% | 38,813 | ||
42,909,464 | 0.5% | 214,547 | ||
2,030,692 | n/a | n/a | ||
27,676,547 | 81% | 22,418,003 | ||
16,407,491 | 1% | 164,074 | ||
4,035,461 | 1.01% | 40,758 | ||
5,465,100 | n/a | n/a | ||
11,665,937 | n/a | n/a | ||
128,771,988 | 0.05% | 64,385 | ||
4,593,041 | 0.05% | 2,296 | ||
3,001,583 | 0.5% | 15,007 | ||
165,803,560 | 2.02% | 3,349,231 | ||
3,761,904 | n/a | n/a | ||
3,039,150 | 0.1% | 3,039 | ||
5,545,268 | n/a | n/a | ||
6,347,884 | n/a | n/a | ||
27,925,628 | n/a | n/a | ||
87,857,473 | 2% | 1,757,150 | ||
38,635,144 | n/a | n/a | ||
10,566,212 | 0.07% | 7,396 | ||
3,916,632 | n/a | n/a | ||
863,051 | 1% | 8,630 | ||
22,329,977 | n/a | n/a | ||
143,420,309 | 0.042% | 60,000 [5] | ||
8,440,820 | n/a | n/a | ||
26,417,599 | 1% | 264,175 | ||
11,126,832 | n/a | n/a | ||
10,829,175 | n/a | n/a | ||
81,188 | 1% | 811 | ||
6,017,643 | 0.1% | 6,017 | ||
4,425,720 | 4% | 177,028 | ||
5,431,363 | n/a | n/a | ||
2,011,070 | n/a | n/a | ||
8,591,629 | n/a | n/a | ||
44,344,136 | 1.2% | 532,129 | ||
40,341,462 | n/a | n/a | ||
20,064,776 | 15% | 3,009,716 | ||
40,187,486 | n/a | n/a | ||
438,144 | 27% | 118,298 | ||
1,173,900 | 0.2% | 2,347 | ||
9,001,774 | 0.1% | 9,001 | ||
7,489,370 | 0.1% | 7,489 | ||
18,448,752 | n/a | n/a | ||
22,894,384 | n/a | n/a | ||
7,163,506 | n/a | n/a | ||
36,766,356 | 0.3% | 110,299 | ||
65,444,371 | 0.1% | 65,444 | ||
5,681,519 | n/a | n/a | ||
1,088,644 | 22.5% | 244,944 | ||
10,074,951 | n/a | n/a | ||
69,660,559 | n/a | n/a | ||
4,952,081 | n/a | n/a | ||
27,269,482 | 0.8% | 218,155 | ||
47,425,336 | n/a | n/a | ||
2,563,212 | 7.5% | 192,240 | ||
60,441,457 | 1.5% | 906,621 | ||
295,734,134 | 0.5% | 1,478,670 | ||
3,415,920 | n/a | n/a | ||
26,851,195 | n/a | n/a | ||
25,375,281 | n/a | n/a | ||
83,535,576 | n/a | n/a | ||
273,008 | n/a | n/a | ||
20,727,063 | 0.7% | 145,089 | ||
11,261,795 | 0.07% | 7,883 | ||
12,746,990 | 0.1% | 12,746 | ||
Total | 6,430,856,221 | 14.678% | 943,906,059(2004) |
2006-1.02 billion
By region
These percentages were calculated by using the above numbers. The first percentage, 4th column, is the percentage of population that is Hindu in a region (Hindus in the region * 100/total population of the region). The last column shows the Hindu percentage compared to the total Hindu population of the world (Hindus in the region * 100/total Hindu population of the world).
(Note:
Region | Total Population | Hindus | % of Hindus | % of Hindu total |
83,121,055 | 0 | 0% | 0% | |
193,741,900 | 667,694 | 0.345% | 0.071% | |
202,151,323 | 5,765 | 0.003% | 0.001% | |
137,092,019 | 1,269,844 | 0.926% | 0.135% | |
268,997,245 | 70,402 | 0.026% | 0.007% | |
Total | 885,103,542 | 2,013,705 | 0.228% | 0.213% |
Region | Total Population | Hindus | % of Hindus | % of Hindu total |
92,019,166 | 149,644 | 0.163% | 0.016% | |
1,527,960,261 | 130,631 | 0.009% | 0.014% | |
274,775,527 | 792,872 | 0.289% | 0.084% | |
1,437,326,682 | 929,515,433 | 64.67% | 98.475% | |
571,337,070 | 6,386,614 | 1.118% | 0.677% | |
Total | 3,903,418,706 | 936,975,194 | 24.004% | 99.266% |
Region | Total Population | Hindus | % of Hindus | % of Hindu total |
65,407,609 | 0 | 0% | 0% | |
74,510,241 | 163 | 0% | 0% | |
212,821,296 | 717,101 | 0.337% | 0.076% | |
375,832,557 | 1,306,052 | 0.348% | 0.138% | |
Total | 728,571,703 | 2,023,316 | 0.278% | 0.214% |
Region | Total Population | Hindus | % of Hindus | % of Hindu total |
24,898,266 | 279,515 | 1.123% | 0.030% | |
41,135,205 | 5,833 | 0.014% | 0.006% | |
446,088,748 | 1,806,720 | 0.405% | 0.191% | |
371,075,531 | 389,869 | 0.105% | 0.041% | |
Total | 883,197,750 | 2,481,937 | 0.281% | 0.263% |
Region | Total Population | Hindus | % of Hindus | % of Hindu total |
30,564,520 | 411,907 | 1.348% | 0.044% |
Top 25
Top 25 by population on the left and by percentage on the right.
Top 25 | ||||||
Rank | Country | Hindu Population | % of Hindus | Country | % of Hindus | Hindu Population |
1 | 885,816,798 | 82% | 82% | 885,816,798 | ||
2 | 22,418,003 | 81% | 81% | 22,418,003 | ||
3 | 14,431,962 | 10% | 50% | 615,301 | ||
4 | 4,379,727 | 1.81% | 35% | 267,849 | ||
5 | 3,280,882 | 2.02% | 33% | 294,806 | ||
6 | 3,009,716 | 15% | 27% | 118,298 | ||
7 | 1,757,150 | 2% | 25% | 558,072 | ||
8 | 1,509,047 | 6.3% | 22.5% | 244,944 | ||
9 | 1,478,670 | 0.5% | 15% | 3,009,716 | ||
10 | 906,621 | 1.5% | 10% | 14,431,962 | ||
11 | 717,101 | 0.5% | 7.7% | 53,002 | ||
12 | 615,301 | 50% | 7.5% | 192,240 | ||
13 | 558,072 | 25% | 6.3% | 1,509,047 | ||
14 | 532,129 | 1.2% | 4% | 177,028 | ||
15 | 338,295 | 1% | 2.02% | 3,280,882 | ||
16 | 328,050 | 1% | 2% | 1,757,150 | ||
17 | 294,806 | 33% | 2% | 46,712 | ||
18 | 267,849 | 35% | 2% | 1,790 | ||
19 | 264,175 | 1% | 1.81% | 4,379,727 | ||
20 | 244,944 | 22.5% | 1.5% | 906,621 | ||
21 | 218,155 | 0.8% | 1.2% | 532,129 | ||
22 | 214,547 | 0.5% | 1.2% | 32,781 | ||
23 | 192,240 | 7.5% | 1.01% | 40,758 | ||
24 | 177,028 | 4% | 1% | 338,295 | ||
25 | 164,074 | 1% | 1% | 328,050 |
Dikutif HiYoGa
Karta Vidnyana